Jadilah, setiap Rabu, Jumat, dan Sabtu sore, Kak Rey bersama 15 anak tunarungu dan beberapa anak normal (nondisabilitas) berkumpul bersama untuk belajar pengembangan kepribadian dan keterampilan berkomunikasi.
Mereka juga belajar catwalk yang menurut Kak Rey bermanfaat untuk merangsang keseimbangan otak kanan-kiri.
Untuk melatih kepercayaan diri anak-anak asuhnya, Kak Rey juga kerap mengajak mereka tampil dalam ajang peragaan busana di berbagai daerah, di antaranya Pati, Kudus, Rembang dan Salatiga.
Baru-baru ini, anak-anak asuh Kak Rey tampil dalam acara pemilihan duta budaya di Pendopo Kabupaten Pati, juga di ajang Bung Karno Fashion Street 2023 Salatiga.
Bahkan ada pula anak asuhnya yang menjadi finalis event modelling di Jakarta, yakni Senandung Ayesha Zulkha (14). Dia menjadi finalis ajang Man & Woman Trend Model Indonesia.
"Setiap Minggu pagi mereka juga saya kumpulkan untuk belajar mengeluarkan suara, melatih organ-organ yang berkaitan dengan suara. Mereka ini rata-rata awalnya tidak mengeluarkan suara, tidak pernah tahu suara seperti apa. Saya bantu dengan terapi yang saya tahu, mereka perlahan mulai bisa mengeluarkan suara," jelas dia.
Kak Rey meyakini, 15 anak tunarungu didikannya itu berpotensi untuk semakin lihai berkomunikasi layaknya orang normal. Apalagi, menurut dia, kebanyakan mereka tidak sepenuhnya tidak bisa mendengar.
"Mereka secara suara masih normal. Anak-anak di sini 15 orang hanya terbatas di pendengaran, itu pun ada yang 50 persen, 80 persen. Masih bisa sedikit mendengar. Ada harapan mereka bisa berkomunikasi seperti layaknya orang normal," tegas dia.
Dengan membiasakan anak tunarungu berkomunikasi secara langsung memakai suara dan mempelajari gerak bibir, Kak Rey yakin banyak manfaat yang mereka dapatkan. Terutama untuk membentuk kemandirian, kepercayaan diri, dan kestabilan emosi.
"Dengan membiasakan mereka bertemu dan berkomunikasi dengan orang yang berganti-ganti, mereka akan punya kemampuan, kemandirian, untuk memproteksi diri mereka sendiri, berani menghadapi keadaan apa pun dan siapa pun. Nantinya ke depan akan membantu kehidupan mereka layaknya orang normal," kata dia.
Kak Rey meyakini, jika anak-anak difabel "disembunyikan", hal itu justru membuat mereka tidak punya mentalitas mandiri. Padahal nanti ketika dewasa, mereka akan mengalami tantangan kehidupan yang sama seperti orang normal.
Di sisi lain, bagi anak-anak nondisabilitas, bersosialisasi dengan anak-anak "khusus" ini akan membuat mereka punya empati lebih. Serta memiliki kesadaran untuk tidak mendiskriminasi manusia lainnya.
Anak-anak didik Kak Rey berasal dari berbagai daerah di Pati, kebanyakan mereka bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), yang termuda masih duduk di kelas 5 SD. Kebanyakan duduk di bangku SMP.
Kak Rey mendorong agar selepas SMP mereka bisa masuk SMK untuk mengasah keterampilan. Saat ini, sudah ada tiga anak yang bersekolah di jurusan tata busana salah satu SMK Negeri di Pati.
"Target saya, semua anak ini bisa masuk SMK. Saya ingin mereka punya penghasilan dari tangannya sendiri dan atas usahanya sendiri, itu tujuan akhir saya," tegas dia.