Arab Saudi sendiri menyatakan mengutuk operasi serangan darat oleh Israel di Jalur Gaza. Serangan itu dkhawatirkan bakal mengancam lebih banyak kehidupan warga sipil Israel.
Pihak Kementerian Kesehatan Hamas melaporkan bahwa total 8 ribuan warga Palestina yang meninggal dunia akibat gempuran Israel di Jalur Gaza. Arab Saudi juga menolak kekerasan Israel terhadap warga Palestina dan menyerukan upaya gencatan senjata.
Pangeran MbS pun menekankan bahwa Kerajaan Saudi menganggap serangan ke warga sipil di Gaza sebagai serangan brutal, serta menekankan perlunya memberikan perlindungan kepada mereka.
"Putra mahkota juga menekankan pentingnya meningkatkan upaya untuk menghentikan operasi militer dan meredakan situasi, untuk menghindari dampak serius terhadap keamanan, perdamaian, dan stabilitas regional dan global," demikian pernyataan Pangeran MbS, seperti dikutip Middle East Monitor.
Perang Lama dan Sulit
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (28/10/2023) mengatakan, perang melawan Hamas akan berlangsung lama dan sulit. Terbaru, militer Israel telah mengepung Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan memperluas operasi daratnya di sana.
“Perang di Jalur (Gaza) akan berlangsung lama dan sulit dan kami siap menghadapinya,” kata Netanyahu dalam konferensi pers, dikutip dari kantor berita AFP.
Konferensi pers diadakan setelah Netanyahu bertemu keluarga sandera yang ditahan di Gaza sejak perang Hamas vs Israel terbaru pecah pada 7 Oktober 2023. Adapun komentar Netanyahu keluar usai pasukan darat Israel memasuki Gaza melalui serangan udara dan artileri besar-besaran pada Jumat (27/10/2023) malam, yang membuka fase baru serangan Israel.
“Ini perang tahap kedua yang tujuannya jelas: menghancurkan kemampuan militer dan kepemimpinan Hamas, dan memulangkan para sandera,” imbuh Netanyahu. “Kami membuat keputusan untuk memperluas operasi darat dengan suara bulat.” Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Sabtu (28/10/2023) berujar, perang Israel-Hamas memasuki fase baru dengan pemboman intensif di Jalur Gaza.
Israel meningkatkan serangan udaranya di Jalur Gaza, membuat ratusan bangunan dan ribuan rumah rata dengan tanah.
Perang Hamas vs Israel terbaru pecah sejak Sabtu (7/10/2023), menyebabkan 1.400 korban tewas di Israel dan mayoritas adalah warga sipil. Sementara itu, di Gaza lebih dari 7.700 orang tewas termasuk sekitar 3.500 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut yang dikuasai Hamas.
Terjebak di RS
Ratusan pasien kini terjebak di sejumlah rumah sakit di Gaza utara dan kondisi fisik mereka tak memungkinkan untuk berpindah ke selatan, kata PBB yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA).
Sebelumnya, Israel telah memperingatkan pihak rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan pengungsi yang berlindung di rumah sakit, namun para dokter mengatakan memindahkan ratusan orang, banyak di antaranya dalam perawatan intensif, adalah hal yang mustahil.
Tom White dari UNRWA menegaskan apa yang sudah dikatakan para dokter, bahwa memindahkan para pasien adalah hal yang mustahil. "Banyak orang di utara mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, mereka mencari perlindungan di rumah sakit," kata White. "Saya berada di salah satu rumah sakit pekan ini dan ada ratusan pasien yang tidak bisa dipindahkan," ujarnya kemudian.