"Terus meminta uang Rp 30.000, dimintai iuran tanpa dijelaskan dari yayasan mana atau menawarkan apa."
"Langsung saja, minta Rp 30.000," tambahnya.
Baca juga: Bersama dengan Pemda Sragen, Honda AT Family Hadir di Sragen Autoshow
Baca juga: Hakim Vonis Pembunuh Pemilik Salon di Sragen 12 Tahun Penjara, Lebih Tinggi dari Tuntutan
Menurutnya, ini bukan kali pertama emak-emak itu datang ke tokonya untuk meminta iuran program PSN.
Emak-emak tersebut datang mengaku sebagai petugas dari DKK Sragen.
Dia sudah datang sekira 4-5 kali setiap 3 bulan sekali.
Karena bukan warga sekitar, Dini pun tidak berani menolak permintaan emak-emak tersebut.
Lantaran, setiap bulan juga ada tarikan iuran sampah dan ronda dari kampung sekitar.
Dini hanya bisa melayani permintaan emak-emak tersebut, meski tidak tahu obat yang dijual akan digunakan untuk apa.
Pasalnya, kamar mandi di toko tersebut tidak menggunakan bak mandi.
"Sudah ditanyakan ini untuk apa, katanya untuk pencegahan DBD."
"Padahal di sini kan pakainya shower, tidak pakai bak."
"Saya tanya, terus ini buat apa?"
"Dia bilang ya nanti buat mandi bisa, itu nanti ditaruh di bak atau ember bisa," katanya.
Dini pun sempat menaruh curiga saat menanyakan iuran tersebut kepada ketua RT setempat.
Dan ternyata, dari pihak RT maupun kelurahan tidak ada yang menarik iuran tersebut.