TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kampung Jawi yang terletak di Kampung Kalialang, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang kini kian apik dengan tetap berkonsep tradisional.
Meja kursi tetap menggunakan kayu, pembayarannya pun masih menggunakan kepeng terbuat dari kayu. Kuliner yang dijual merupakan beragam makanan tradisional. Penerangan masih alami menggunakan sentir dan obor.
Bedanya, lapak kini kian cantik dengan tetap menunjung konsep tradisional. Kemudian, meja kursi pengunjung semakin banyak.
Beberapa meja kursi menghadap langsung ke sungai. Sehingga, pengunjung bisa menikmati pemandangan aliran Sungai Gribik.
Rute menuju Kampung Jawi mudah ditempuh dengan berbagai sarana kendaraan.
Waktu tempuhnya jika bertolak dari Tugu Muda Kota Semarang hanya sekitar 25 menit.
Baca juga: Transaksi Kuliner di Kampung Jawi Gunungpati Ini Pakai Uang Kepeng
Baca juga: Perputaran Uang di Kampung Jawi Kota Semarang Tembus Rp 10 Juta Per Hari
Koordinator Kampung Jawi, Siswanto mengaku bersyukur Kampung Jawi bisa langgeng hingga saat ini dalam keadaan apapun.
Diakuinya, perubahan pusat kuliner ini cukup banyak. Namun demikian, konsepnya tetap sama mengusung khas tradisional.
Pengunjung tetap membayar menggunakan kepeng dengan terlebihdahulu melakukan penukaran. Satu kepeng setara dengan Rp 3.500.
Jumlah lapak hingga saat ini masih tetap yakni 18 lapak yang menyuguhkan makanan tradisional, antara lain gendar pecel, soto, nasi opor, gudeg, nasi ayam, gorengan, jagung bakar, jadah bakar, dan aneka cemilan lainnya.
Minumannya pun beragam mulai dari es teh, teh krampul, es degan, es gempol, pisang ijo, es jeruk, dan minuman segar lainnya.
"Makanannya sama, masih tradisional dengan penambahan sedikit," ucap Siswanto.
Dengan wajah baru ini, Siswanto menyebut, pengunjung masih tetap antusias.
Dia berusaha membuat pengunjung nyaman sehingga ingin kembali datang ke Kampung Jawi.
Jam operasional Kampung Jawi mulai 16.00 WIB - 22.00 WIb. Bahkan, diakuinya, terkadang pengunjung datang lebih awal dari pada pedagangnya.