"Kalau replika yang bentuknya lebih sederhana bisa 3 sampai 4 buah," jelasnya.
"Kalau fokus, satu bulan bisa membuat 40 sampai 50 sangkar burung," sambungnya.
Sangkar burung buatan Kristiyanto biasanya dijual di pasar lokal Sragen, juga ada yang dikirim ke Bandung dan Jakarta.
Terkadang sangkar burung itu dia jual melalui media sosial.
"Iya, saat ini peminat ada terus, kalau buka di marketplace, setiap hari itu pasti ngirim, jadi nggak sempat melayani wilayah sendiri, karena keuntungan jual lewat online juga gede," ujarnya.
Dengan terus adanya permintaan, Kristiyanto mengatakan, usaha membuat sangkar burung ini adalah usaha yang menjanjikan.
Pasalnya, bahan baku membuat sangkar burung bisa didapatkannya dengan harga murah, bahkan didapatkan dengan cuma-cuma.
Kristiyanto memang sengaja membuat sangkar burung dari limbah kayu karena lebih menguntungkan.
Meski begitu, dia juga memastikan limbah kayu yang digunakan dalam kualitas terbaik.
"Sebetulnya kalau sangkar kami jual Rp 120.000."
"Kalau beli kayu yang bagus harganya sudah Rp 50.000, nggak dapat untungnya."
Baca juga: Inilah Sosok Joko Sulistianto, Penyandang Disabilitas Bersemangat Merakit Kotak Suara di Sragen
Baca juga: 60 KK di Desa Sambi Dhuwur Sragen Kini Bisa Nikmati SPAM yang Dibangun Pemprov Jateng
"Makanya saya cari limbah yang tidak terpakai," jelasnya.
"Ini memang usaha yang menjanjikan, kalau usaha yang lain modalnya gede."
"Kalau ini sebenarnya modal hanya cari di tempat penggergajian kayu, biasanya gratis," tambahnya.
"Misalkan kalau beli juga murah, satu truk itu Rp 700.000."