Sehingga perlu ada desain khusus yang disesuaikan dengan perempuan dan anak-anak.
Mereka juga perlu mendapatkan perhatian khusus.
Baca juga: Bulog Tegal Salurkan Bantuan Pangan 82.936 KPM di Batang untuk Meringankan Beban Ekonomi
Baca juga: Pj Bupati Tegal Agustyarsyah Kunker ke Dikbud, Ingatkan Strategi Latih Skill, Attitude, Adab
Apalagi guru besar teknik sipil perempuan di bidangnya terhitung sangat sedikit, se Indonesia tidak sampai 10 orang.
"Saya memiliki angan-angan pengurangan risiko bencana yang responsif gender ini bisa disajikan di forum-forum PBB yang lebih besar dan didengar."
"Karena sebetulnya sudah banyak forum, tetapi kurang membahas itu," ungkapnya.
Rini bertekad, gelar kegurubesarannya harus memberikan manfaat untuk masyarakat banyak, tidak sekadar hanya di belakang meja.
Tetapi tantangannya juga adalah perlu semangat dan kegigihan dari masyarakat terdampak.
Dia mencontohkan pada 2014-2021, memiliki desa binaan di Sayung, Kabupaten Demak.
Satu desa dari yang semula ada rumah menjadi hilang tenggelam selama kurun waktu 10 tahun.
Tetapi di desa tetangganya tidak tenggelam karena menanam mangrove sehingga air rob tidak masuk.
"Nah ini tantangan, masyarakat itu juga tidak mudah diberikan pendekatan, pemahaman, dan kadang-kadang inginnya instan."
"Padahal jika ingin hutan mangrove sebagai pertahanan alami itu tidak bisa 1 sampai 2 tahun."
"Hasilnya 10 tahun baru kelihatan, 15 tahun baru jadi," ungkapnya. (*)
Baca juga: Seolah Firasat, Wiwin Tanya soal Pakaian ke Buleknya Sebelum Tewas Dibunuh di Malaysia
Baca juga: Pupus Sudah Harapan 42 Tim Futsal, Uang Pendaftaran Turnamennya Digondol Orang
Baca juga: Gelapkan Mobil Alphard Warga Kendal Ini Hidup Mewah di Bekasi, Buron Setahun Begini Nasibnya Kini
Baca juga: PT KAI Daop 5 Purwokerto Siapkan 215.837 Tiket Pada Hari Libur Peringatan Hari Isra Miraj dan Imlek