M Iyad (27) warga Semarang Barat menuturkan, memilih golput di pemilu 2024 karena tak mengenal para wakil rakyat yang maju.
"Pemilu kemarin sempat ikut karena kenal, entah pemilu sekarang banyak yang tidak ku kenal," jelasnya.
Satpam pabrik ini mengatakan, tidak tertarik berpartisipasi dalam pemilu 2024 karena pengalaman politiknya.
Dalam pemilu sebelumnya, ia aktif mencoblos tetapi kondisi kehidupannya tak banyak berubah. Bahkan, kata dia, semakin tak jelas.
"Terutama di sistem kerja, saya buruh tapi undang-undang soal buruh makin menindas," paparnya.
Ia pun semakin mahfum ketika beberapa tahun ini aktif mengikuti informasi politik di media online mainstream yang menampilkan banyak penangkapan para koruptor.
"Jangan-jangan pemilu 2024 hanya mencetak para koruptor baru?, jadi kesimpulan saya hari tak mencoblos daripada menyesal," ujarnya.
Mahasiswa Semarang, Yasin Fajar (24) menilai,
sistem politik saat ini hanya melahirkan penggusuran dan penindasan terhadap kelompok marjinal.
Begitupun nanti hasil dari pemilu 2024, wakil rakyat yang maju tak bisa menjadi wakil sesungguhnya dari kelompok marjinal seperti dari kelompok miskin kota, buruh, perempuan, anak-anak dan lainnya. "Saya kira tak ada calon ideal yang mampu menyuarakan kelompok marjinal, jadi ngapain nyoblos," bebernya.
Kondisi serupa dialami Yoga Prabowo (34) warga Kota Semarang ini ternyata enggan pergi ke TPS karena masih belum menemukan calon pilihannya hingga menit-menit terakhir jelang pencoblosan.
"Aku pemilu ini golput karena bimbang. Tak yakin sama ke tiga calon presiden dan wakilnya. Berbeda sekali saat kontestasi pemilu 2019, kala itu ada sosok yang bisa meyakinkan," ungkapnya.
Sikap pemilih golput memang selalu ada dalam setiap gelaran pemilu. Bahkan, Jawa Tengah masuk delapan besar daerah yang memiliki angka golput tertinggi di Pilpres 2019 yakni 19,79 persen. Sedangkan Kota Semarang pada Pilpres 2019 angka golput sekira 20 persen.
Pemilu terakhir, KPU Kota Semarang mencatat tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada Kota Semarang 2020 mencapai 68,62 persen.Pemilih yang tidak menggunakan hak pilih alias golput mencapai 31,38 persen. (iwn)