TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) diprediksi bakal menempati posisi ketiga perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2024.
Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI masih melakukan proses rekapitulasi suara di tingkat provinsi, Partai pimpinan Ketua Umum Prabowo Subianto ini bakal bertengger di posisi ketiga.
Sebab, berdasarkan hasil rekapitulasi sementara pada Selasa (5/3) atau sebelum Sirekap di tutup, menunjukkan bahwa perolehan suara Partai Gerindra dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 masih di bawah PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar.
Pada Pileg kali ini, Partai Gerindra berhasil memperoleh suara sebesar 13,03 persen. Tentu hasil itu masih di bawah PDIP (16,39 persen) dan Golkar (15,05 persen).
Dengan perolehan sementara ini, Partai Gerindra dipastikan tergeser oleh Partai Golkar.
Sebab, pada Pemilu 2019 lalu, partai berlambang kepala burung Garuda ini menempati posisi kedua dengan perolehan 17.596.839 suara (12,57 persen). Sedangkan, Partai Golkar berada di posisi ketiga dengan 17.229.789 suara (12,31 persen).
Partai Gerindra pun berhasil merebut 78 kursi parlemen DPR pada pemilu saat itu.
Sedangkan, untuk perolehan kursi Parlemen pada Pemilu 2024, Partai Gerindra di prediksi akan mengalami penurunan. Meski, saat ini KPU RI masih melakukan rekapitulasi suara.
Tribun Network pun membuka data hasil Pemilu 2019, dimana Partai Gerindra berhasil memperoleh 3 kursi Parlemen DPR di tiga daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta.
Dari perolehan suara sementara Pemilu 2024 ini, Partai Gerindra diperkirakan mempertahankan 3 kursi di Parlemen DPR.
Dari Dapil I DKI Jakarta, Partai Gerindra kembali mengantarkan sang petahana yakni Habiburokhman ke Parlemen Senayan.
Dari Dapil II DKI Jakarta, nama Hj. Himmatul Aliyah berhasil mempertahankan kursi di dapil ‘neraka’ tersebut.
Sedangkan, dari Dapil III DKI Jakarta, Gerindra bakal menghantarkan keponakan Prabowo Subianto, yakni Rahayu Saraswati D. Djojohadikusumo melenggang ke Senayan.
Selain itu, mantan istri Prabowo Subianto, Siti Hediati Hariyati atau Titiek Soeharto, meraih suara tertinggi dalam Pileg 2024 untuk daerah pemilihan (dapil) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Titiek yang maju sebagai caleg dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) meraih 145.489 suara.
Hasil tersebut diketahui berdasarkan rekapitulasi suara pileg Provinsi DIY yang disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dalam rapat pleno hasil Pemilu 2024 di Kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3).
Sementara itu, Partai Gerindra sendiri meraih 76.088 suara untuk pileg di Provinsi DIY.
Perolehan suara partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu berada di posisi kedua setelah PDI Perjuangan (PDIP) meraih 116.631 suara.
Selain itu, Partai Gerindra berada di urutan pertama dengan 172.949 suara.
Rapat pleno digelar di Kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (10/3/2024).
Hasil rekapitulasi disampaikan langsung oleh Ketua KPU Provinsi Bangka Belitung Husin.
Adapun usai Partai Gerindra, PDIP menyusul di urutan kedua dengan perolehan 168.406 suara. Di posisi ketiga tampak Golkar dengan 115.549 suara.
Partai Gerindra juga disebut unggul di 5 Provinsi di tanah air. Daerah itu meliputi, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Meski begitu, teryata Partai Gerindra juga tergeser dominasinya di Jawa Barat. Sebab, Partai Golkar kini justru unggul di Jawa Barat.
Diketahui, Kontestasi Pemilu 2024 dinilai terjadi anomali politik. Sebab, hasil Pilpres nampaknya tidak linier dengan perolehan suara partai pengusung pasangan calon.
Kondisi ini setidaknya tergambar dari hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei.
Di mana, suara pasangan calon Prabowo-Gibran unggul dengan persentase kurang lebih 58 persen. Angka ini tidak linier dengan perolehan suara Partai Gerindra.
Partai besutan Prabowo Subianto itu berada di urutan ketiga di bawah PDI Perjuangan pada posisi teratas dan Partai Golkar di posisi kedua.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo memandang kondisi ini menggambarkan anomali politik.
“Jadi tidak ada pengaruh signifikan antara Pilpres dan Pileg,” kata Suko.
Dalam kacamata Suko, kondisi ini bisa jadi karena mesin partai politik sibuk urusan caleg ketimbang Pilpres. Hasilnya tidak signifikan.
Keunggulan Prabowo berdasarkan hasil hitung cepat itu, lebih dipandang pada faktor investasi politiknya yang panjang. Di samping dukungan tokoh kepada paslon tersebut.
Suko menyebut, hasil Pilpres 2024 tidak terlalu mengejutkan dirinya. Hanya saja, yang cukup bikin kaget adalah perolehan suara Prabowo-Gibran yang unggul signifikan dari dua lawannya. Sebab sebelumnya banyak yang memprediksi meskipun menang angka Prabowo-Gibran akan berkisar di 52 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Politik UIN Sunan Ampel Surabaya Abdul Quddus Salam mesin politik parpol berbeda dengan mesin politik Pilpres.
Pada Pemilu kali ini dia memandang hampir semua mesin parpol tidak optimal bergerak. Dia senada juga memandang anomali politik.
Namun dia cukup kaget dengan perolehan PKB, sebagai parpol pengusung Anies-Muhaimin. PKB yang merupakan partai yang dikomandani oleh Gus Muhaimin atau Cak Imin naik signifikan.
Mereka mendapat efek positif sekalipun pasangan Anies-Muhaimin tertinggal dari Prabowo-Gibran.
Secara umum, Quddus tak terlalu kaget jika mesin politik parpol hanya bergerak untuk kepentingan Pileg.
Mayoritas caleg memprioritaskan kursi legislatif ketimbang bergerak optimal pada pemenangan capres-cawapres. “Kedua harus dipahami bahwa Pilpres ini tidak hanya mesin parpol yang bekerja,” kata Quddus. (Tribun Network/ Yuda).
Baca juga: Sosok Sukma Wahyudin, Dokter Kepresidenan Dulu Berjualan Rokok Asongan demi Kuliah Kedokteran Undip
Baca juga: TAUSIAH DR AJI SOFANUDIN : Keutamaan Ramadan 1445 H
Baca juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa di Kabupaten Kudus, Ramadan Hari Ke 1 Selasa 12 Maret 2024
Baca juga: Siapa Kapolda yang Disebut-sebut TPN Ganjar-Mahfud akan jadi Saksi ke MK untuk Ungkap Kecurangan?