Berita Semarang

Masih Jadi Tending X Pagi Ini, Sampai Kapan Cuaca Ekstrem Melanda Semarang? Simak Jawaban BMKG

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketinggian air di Bendung Simongan Semarang siaga 2 dengan ketinggian air di mencapai 200 sentimeter di Kota Semarang, Rabu (13/3/2024).

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Hujan masih mengguyur Semarang dan sekitarnya, Kamis (14/3/2024). Banjir juga masih mengepung Kota Atlas.

Banjir dan hujan di Semarang bahkan masih jadi trending topic nomor satu X (dulu Twitter).

Warga saling berbagi kondisi terkini mereka dan menyampaikan pesan untuk selalu waspada.

Lantas sampai kapan situasi akan bertahan seperti ini di Semarang?

Baca juga: Dampak Banjir di Stasiun Semarang, Berikut Daftar KA yang Memutar Lewat Daop 5 Purwokerto

Baca juga: Empat Kereta Api di Daop 4 Semarang Dibatalkan,10 KA Rute Jalur Utara Dialihkan ke Selatan

Masjid Al-ishlah, Kauman , Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, Kota Semarang tergenang banjir, Rabu (13/3/2024). (Tribun Jateng/Iwan Arifianto)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Semarang merinci penyebab cuaca ekstrem di Kota Semarang.

Cuaca ekstrem di Semarang disebabkan oleh beberapa hal, terutama dari efek bibit siklon.

Prakirawan Cuaca BMKG Ahmad Yani Semarang, Ferry Oktarisa menyebut, cuaca ekstrem yang melanda wilayah semarang ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) yany merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis di Indonesia.

Berikutnya, aktivitas Monsun Asia berpengaruh terhadap peningkatan massa udara basah di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator, termasuk sekitar wilayah Jawa Tengah.

Kemudian, aktifnya gelombang atmmosfer Rossby Ekuator dan Gelombang Kelvin di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk di Jawa Tengah.

Adapun faktor lainnya berupa adanya daerah Konvergensi dan belokan angin terpantau di sekitar Jawa Tengah.

"Hal itu dipengaruhi pula labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal di wilayah di Jawa Tengah," katanya saat dihubungi, Rabu (13/3/2024) malam.

Ia melanjutkan, faktor  lainnya adanya Bibit  Siklon Tropis 91S terpantau di Samudra Hindia bagian tenggara selatan Jawa dengan memiliki kecepatan angin maksimum 35 knot dan tekanan udara 996.7 hPa serta bergerak ke arah tenggara. 

Sistem ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin >25 knot (low level jet) di Samudra Hindia selatan Jawa-NTB, di sekitar sistem, dengan potensi sistem untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori tinggi.

Selain itu, Bibit Siklon Tropis 93P terpantau di Teluk Carpentaria bagian timur laut, Australia Utara,dengan kecepatan angin maksimum berada pada kisaran 15 - 20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa.

Bibit Siklon Tropis 94S terpantau berada di Laut Timor selatan NTT. Sistem ini memiliki kecepatan angin maksimum 20 knot, tekanan udara 999.5 hPa, dan pergerakan ke arah tenggara.

Peningkatan kecepatan angin hingga mencapai >25 knot terpantau dari Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan Jawa Barat, dari Kep. Bangka Belitung hingga Bali.

Lalu dari Selat Makassar hingga Laut Sawu,dari Samudra Pasifik timur Filipina hingga Sulawesi Utara, dan dari Laut Seram hingga Laut Arafura, yang mampu meningkatkan potensi tinggi gelombang di perairan sekitar Sumatra dan Jawa bagian barat.

"Akibatnya terjadi cuaca ekstream, mungkin akan berlangsung hingga 1-2 hari ke depan," tuturnya. 

Fenomena ini, menurut dia, terjadi tergantung dinamika admosfer saat itu, dampaknya terjadi hujan sedang-lebat disertai angin kencang di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Semarang.

Ia mengimbau, masyarakat  untuk waspada hujan sedang-lebat di wilayah Pantura hingga Jateng Timur dan juga waspada angin kencang di daerah Pesisir Selatan.

"Kemudian daerah-daerah rawan banjir, longsor, pohon tumbang, dan lainnya," ucapnya. (iwn) 

Berita Terkini