Hartopo memilih jalan memutar melewati rute Semarang ke Purwodadi, lalu ke Bulungcangkring dan langsung menuju Masjid Agung Kudus.
Sesampainya di Masjid, Hartopo menunaikan ibadah salat Ashar berjamaah.
Kemudian dilanjutkan berdoa di Makam Bupati Kudus pertama yakni Muhammad Idris, alias Raden Tumenggung Harjodinegoro bergelar Raden Tumenggung Tjondro Negoro IV.
Setelah itu rombongan menuju ke Kantor Bupati Kudus dengan berjalan kaki.
Baca juga: Jokowi Batal Jumatan di Kudus, Terkait Mitos Rajah Kalacakra yang Ditanam Sunan Kudus?
Rombongan Bupati Kudus, bukan tanpa sebab tidak melewati Jembatan Tanggulangin. Hal ini lantaran adanya kepercayaan rajah yang tertanam di sana.
Lembaga Penjaga dan Penyelamat Karya Budaya Bangsa (LPPKBB), Sancaka Dwi Supani mengatakan, cerita mengenai rajah yang tertanam di Tanggulangin sudah menjadi cerita turun temurun.
"Sampai sekarang cerita itu masih dipercaya, bahkan sudah ada sejak abad ke-14," ujar dia, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, rajah yang tertanam di Tanggulangin mirip seperti Rajah Kalacakra yang ada di Masjid Menara Sunan Kudus.
Rajah pengapesan itu, kata dia, dipercaya mampu membuat apes penguasa yang melintasinya.
"Sunan Kudus itu sakti karena mampu meruntuhkan kerajaan majapahit. Sampai sekarang (kesaktiannya-red) masih dipercaya," jelas dia.
Menurut cerita, pasukan majapahit yang ingin melintasi jembatan tersebut akan terkena apesnya.
"Orang Majapahit mau datang ke Kudus lewati aliran sungai Juwana pasti terkena apesnya," ujar dia.
Baca juga: Ada Sejak Zaman Sunan Kudus, Tradisi Dandangan yang Kini Jadi Warisan Budaya Takbenda
Soal Rajah Kalacakra yang bikin pejabat baik daerah maupun skala nasional "ngeper" bakal lengser dari jabatan juga diakui oleh pihak Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM3SK).
Pengurus YM3SK, Abdul Jalil mengatakan, Rajah Kalacakra itu dipasang di atas pintu gerbang depan kompleks Menara Kudus.
Karena alasan itu pula, para pejabat itu lebih memilih melewati pintu lain yang sama-sama menuju masjid dan makam.