Bahkan sempat pulang ke Tulungagung pada 1984.
Namun pada sekira 1990, keduanya putus kontak.
Kemudian terjadi bencana tsunami 2004 di Aceh dan tersiar kabar keluarga Marmi ikut menjadi korban.
Mbah Wiji pun menganggap jika sang anak sudah tiada.
Dia sampai menggelar acara selamatan untuk keluarga Marmi.
"Sebenarnya lokasi kami jauh dari bencana tsunami."
"Tak tahu bagaimana kami dikabarkan jadi korban," kata Suyadi (52), anak sulung Marmi.
Rupanya, sejak 2019 Marmi berusaha melacak kembali keluarganya di Kabupaten Tulungagung, namun tidak membuahkan hasil.
Hingga akhirnya salah satu cucu Marni menemukan akun Instagram Desa Kaliwungu dan mengirim pesan.
Kemudian pihak Pemerintah Desa Kaliwungu mencoba menghubungkan kedua keluarga ini, hingga bisa saling tukar nomor telepon.
"Saya senang sekali karena ternyata masih bisa bertemu mbah (nenek)."
"Ternyata saya masih punya nenek," ujar Suyadi.
Marni pun tidak putus-putusnya memeluk sang ibu yang sudah renta itu, sebelum kembali ke Desa Bumbung, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul 30 Tahun Terpisah, Mbah Wiji Tak Kuasa Tahan Tangis Bertemu Sang Anak yang Dikira Sudah Meninggal
Baca juga: Rumah Erna Diobok-obok Maling Saat Ditinggal Sarapan, Pelaku Rusak Gerbang, Satu Laptop Digondol
Baca juga: Dibagi 3 Kloter, Calon Jemaah Haji Karanganyar Diberangkatkan Mulai 3 Juni 2024
Baca juga: BPBD Karanganyar Terima Bantuan EWS Alat Deteksi Longsor, Dipasang di Desa Balong
Baca juga: Demi Alasan Ini, Dewan Minta Program UHC Kota Semarang Makin Dipermudah