"Setelah dibawa pulang kerumah, kondisi anak saya sempat kesulitan kencing langsung. Supaya lubang penisnya tidak tertutup, jadi dibantu oleh keteter tadi," ujarnya, saat itu anaknya juga tak dapat beraktivitas.
"Setelah keteter dilepas, barulah anak saya bisa bermain dan normal kembali. Tidak lagi kesakitan," sambungnya.
Tidak berhenti sampai disini saja, Amalia berujar sejak kejadian itu sampai sekarang rutin melakukan kontrol di rumah sakit Palembang.
"Sudah sekitar 4 atau 5 kali kontrol ke rumah sakit Palembang, kami selalu diantar dan ditemani oleh pak Zaidan," cetusnya.
Meskipun sudah terjadi dugaan malpraktek yang dilakukan oknum kepala puskesmas. Namun sejak dahulu sampai sekarang masih banyak warga yang datang untuk menyunatkan anak-anaknya.
"Memang kalau warga sini (hendak sunat) selalu tempat pak Zaidan baik manual ataupun pakai laser. Kalau kami waktu itu memilih pakai laser karena berharap supaya anak cepat sembuh,"
"Karena setahu kami sunat laser ini bisa sembuh hanya 4 hari dan kebetulan waktu itu cuma bisa cuti kerja 4 hari saja," sebutnya, tidak terasa kejadian terjadi sejak 6 lalu.
Ditengah rasa kecewa mendalam, Amalia dan Subagio tetap berharap agar nantinya kelamin anaknya bisa dilakukan operasi penyambungan.
"Harapannya insyaallah bisa, kalau kata dokter di usia 16 tahun nanti bisa dilakukan operasi. Tapi kalau bisa secepatnya dan itu tergantung konsultasi dengan dokter," ujarnya dengan penuh harapan.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Desa Kerta Mukti, Irwan mengatakan baru mengetahui informasi adanya dugaan malpraktek yang dialami anak dari seorang warganya.
"Benar korban warga sini, tapi kami baru mengetahui kejadian ini dari rekan media. Karena kejadian sudah lama sekitar 6 bulan lalu," papar Kades.
Berdasarkan informasi yang telah diterimanya, pimpinan puskesmas dan keluarga korban sudah sepakat berdamai.
"Ya, informasi yang saya dengar itu mereka sudah damai. Tapi kami belum mendapatkan laporan secara langsung dari kedua belah pihak," ungkapnya.
Dikatakan untuk lokasi kejadian belum dapat dipastikan. Lantaran di sana terdapat kantor puskesmas dan juga puskesdes.
"Saya belum tahu pastinya, karena di sana kan ada puskesmas dan puskesmas. Kalau mantri sunat itu pimpinan puskesmas sedangkan istrinya merupakan bidan di puskesdes tersebut," pungkasnya.
Sementara itu pimpinan puskesmas Kerta Mukti, Zaidan hingga kini belum dapat dihubungi baik melalui telepon maupun pesan singkat.
Dikarenakan nomer telepon dan WhatsApp yang bersangkutan 0852-6733-XXXX tidak kunjung aktif lagi.
(*)