Harga Emas

Harga Emas Diprediksi Terus Lanjutkan Tren Positif, Konsumen Antam pun Untung 18 Persen Setahun

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang karyawan menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di satu gerai Logam Mulia Antam di Bandung, baru-baru ini.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG, -- Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada Minggu (23/6), berada di angka Rp 1,357 juta, tak berubah dari harga yang dicetak pada Sabtu (22/6). Angka itu sedikit menurun dari hari sebelumnya.

Pada Jumat (21/6), harga emas Antam mencatat rekor mencapai Rp 1,371 juta/gram, melambung Rp 16.000 dari hari sebelumnya yang berada di level Rp 1,355 juta/gram.

Harga pada Kamis (20/6) itu juga sudah tercatat mengalami kenaikan sebesar Rp 6.000 dari hari sebelumnya di angka Rp 1,349 juta/gram, di mana harga pada Rabu (19/6) itu juga juga sudah naik Rp 7.000 dari hari sebelumnya sebesar Rp 1,342 juta/gram.

Dalam setahun, emas Antam sudah memberikan keuntungan kepada konsumen sebesar 18,16 persen, yakni yang membeli pada 21 Juni 2023 dengan harga saat itu Rp 1,057 juta/gram, sedangkan harga buyback saat ini Rp 1,227 juta per gram.

Kenaikan harga emas Antam itu terjadi seiring dengan tren positif yang dialami logam mulia di pasar global. Mengutip Bloomberg pada Jumat (21/6), pukul 11.02 WIB, harga emas spot berada di level 2.361,98 dolar AS per ons troi, naik 0,08 persen dari sehari sebelumnya di angka 2.360,09 dolar AS per ons troi.

Analisis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer memperkirakan, potensi kenaikan harga emas akan terus berlanjut meskipun mungkin akan ada sedikit koreksi dalam jangka pendek.

Ia melihat potensi kenaikan itu akan cenderung terjadi kembali, dengan menggarisbawahi bahwa secara keseluruhan, tren harga emas masih mendukung kenaikan.

Secara teknikal, Fischer melihat, harga emas menunjukkan pola bullish yang kuat. “Meskipun mungkin ada koreksi kecil, harga emas secara garis besar masih menunjukkan potensi kenaikan yang signifikan,” katanya, dalam riset hariannya, Jumat (21/6).

Ia menyebut, tiga faktor utama yang mendorong tren positif emas adalah hasil rilis data ekonomi AS, pernyataan para pejabat Federal Reserve (Fed), dan meningkatnya risiko geopolitik.

Data ekonomi dari AS yang lebih lemah dari yang diharapkan telah meningkatkan ekspektasi para trader bahwa Fed akan melonggarkan kebijakan setidaknya dua kali pada 2024.

Selain itu, laporan pekerjaan AS yang lebih buruk dari perkiraan mengungkapkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat di atas estimasi. Data perumahan AS juga mengecewakan pasar, karena jumlah Izin Mendirikan Bangunan dan Awal Pembangunan Rumah menurun.

Suku bunga

Fischer menyebut, lemahnya rilis data ekonomi itu bersamaan dengan pernyataan para pejabat Fed, yang memberikan sinyal bahwa Fed tidak akan segera menurunkan suku bunga.

Pejabat Fed Minneapolis, Neel Kashkari menyatakan, kemungkinan butuh 1-2 tahun untuk menurunkan inflasi inti ke 2 persen. Dia menambahkan, trajektori suku bunga akan tergantung pada kondisi ekonomi, menekankan bahwa ekonomi AS mencapai disinflasi meskipun ada pertumbuhan ekonomi yang luar biasa.

Sementara, Gubernur The Fed Jerome Powell berkomentar bahwa mereka tetap kurang yakin tentang kemajuan dalam inflasi, meskipun laporan CPI AS menunjukkan bahwa proses disinflasi terus berlanjut. Semua faktor ini menggarisbawahi potensi kenaikan harga emas dalam jangka pendek dan panjang.

Halaman
12

Berita Terkini