TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu melakukan audiensi dengan orang tua murid terkait permasalahan penganuliran piagam dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dari aspirasi orang tua, Mbak Ita sapaan akrabnya bakal berkomunikasi langsung dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng untuk membahas nasib anak-anaknya.
Dalam pertemuan itu, Mbak Ita menyebut jika orang tua maupun murid sebenarnya sudah tidak mempermasalahkan dianulirnya piagam marching band tersebut.
Baca juga: Bupati Pekalongan Fadia Arafiq Tandatangani Pakta Integritas KUA PPAS APBD Tahun Anggaran 2025
Hanya saja mereka meminta agar pendaftaran tetap bisa dilakukan dan piagam itu bisa diganti dengan piagam lainnya.
Apalagi di dalam sistem PPDB, nama anak-anak yang menjadi korban dugaan dipalsukannya piagam oleh orang yang tidak bertanggung jawab masih terdata.
“Saya lihat orang tua sudah tidak masalah, tapi yang dimasalahkan adalah sistem, di saat terakhir daftar ulang itu masih ada nama anak-anaknya, yang sebenarnya sudah tidak bisa diterima karena piagam yang sudah dianulir,” ujarnya, Minggu (14/7/2024).
“Kemudian kedua, mereka tahu sudah mepet sekali, nah ini yang memang diperlukan bagaimana ada titik temu. Karena sekarang mereka sudah tidak mempermasalahkan yang dianulir, tapi orang tua atau siswa ingin, jika masih ada piagam yang lain bisa dimasukkan (sebagai pengganti piagam yang dianulir-red),” lanjutnya.
Mbak Ita mengakui baru paham terkait permasalahan ini lantaran kewenangan penanganan sudah masuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng.
Namun karena yang terlibat adalah warga Kota Semarang, ia harus ikut mengawal agar tahapan-tahapan segera menemukan titik temu.
Dirinya berharap, upaya-upaya nanti bisa memberikan solusi bagi orang tua dan siswa, serta Pemprov Jateng.
Ke depan, pihaknya bakal menerbitkan regulasi terkait beberapa ketentuan yang berhubungan dengan kegiatan kejuaraan pelajar.
“Karena tadi kan tingkat internasional, saya sampaikan memang anak-anak tidak tahu bahwa prestasi itu bukan juara pertama tapi peringkat ketiga. Menurut mereka tahunya dari pelatih dan Instagram yang dishare ke seluruh orang tua murid. Sehingga ini menjadi pembelajaran juga bagaimana ke depan kita dari Pemkot Semarang harus mengevaluasi,” paparnya.
Lebih lanjut, Mbak Ita meminta agar tidak berpikir buruk terhadap murid maupun orang tua yang mengalami masalah ini.
Sebab, mereka adalah korban dari dugaan pemalsuan piagam tersebut.
“Tadi anak-anak dan orang tua minta ke teman media yang punya contoh piagam dengan nama anaknya bisa ditake down. Tadi pesan seperti itu, anaknya malu. Karena ini bukan salah anak, tapi stigma masyarkat anak-anak ini tidak jujur, sehingga perlu diluruskan,” bebernya.