UIN SAIZU Purwokerto

Transformasi Budaya Penginyongan di Perkuliahan, Dosen Dakwah UIN Saizu Ngaji Budaya ke Ahmad Tohari

Editor: Muhammad Olies
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Civitas Akademika Fakultas Dakwah UIN Saizu Purwokerto mengadakan Konsorsium Dosen, Pengembangan Disiplin Keilmuan di Gubuk Carablaka, kediaman Budayawan Banyumas Ahmad Tohari.

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Civitas Akademika Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto menggelar Konsorsium Dosen, Pengembangan Disiplin Keilmuan di Gubuk Carablaka, kediaman Budayawan Banyumas Ahmad Tohari, Selasa (23/7/2024).

Kegiatan tersebut diisi paparan Ahmad Tohari terkait cara menanamkan karakter cablaka sebagai watak budaya Banyumas kepada generasi muda, terutama mahasiswa. Menurutnya, setiap kebudayaan memiliki filosofi dan akar yang merepresentasikan komunitas pendukungnya.

Karena itu, maka tidak tepat apabila ada penilaian bahwa budaya satu lebih tinggi atau rendah dibanding dengan lainnya.

“Cara pandang dan keyakinan komunitas terhadap realitas yang dihadapi bersifat unik. Mereka akan merespons dengan cara-cara yang diyakini paling tepat. Bentuk kebudayaan tidak bersifat universal,” terang Ahmad Tohari.

Baca juga: Jaga Tradisi Leluhur, Mahasiswa KKN UIN Saizu Berbaur dalam Ratib Al-Attas di Desa Kemligi Batang

Baca juga: Museum Virtual Ahmad Tohari Resmi Diluncurkan di Hetero Space Purwokerto

Baca juga: Dosen UIN Saizu Gandeng Dosen Malaysia Teliti Pengembangan Industri Halal di Tokyo Jepang

Dia melanjutkan, penanaman budaya terhadap generasi merupakan hal penting. Bukan hanya bagi komunitasnya, tetapi justru untuk yang bersangkutan. Generasi yang memahami budaya akan memiliki karakter yang kuat dan memiliki potensi lebih besar mewujudkan proyeksi tujuan ndividu dan kelompoknya.

Dalam konteks pendidikan pada perguruan tinggi, transformasi kebudayaan dapat dijadikan sebagai metode mewujudkan pendidikan yang holistik dan berkesinambungan.

“Budaya dalam berbagai jenis dan bentuknya menjadi modal sosial untuk mewujudkan kehidupan yang lebih humanis,” tuturnya.

Transformasi kebudayaan dalam pembelajaran perguruan tinggi dapat mereduksi sikap-sikap inferioritas akibat praktik feodalisme yang telah berlangsung lama. Feodalisme di Indonesia dipraktikkan oleh negara dan berbagai lembaga di bawahnya termasuk pendidikan dan bahkan agama.

Feodalisme menganggap bahwa manusia memiliki posisi tidak setara berdasar kepemilikan yang dikuasainya. Masyarakat dulu didasarkan atas kepemilikan tanah, kemudian berkembang kepada uang, dan bahkan agama.

Penguasaan atas tanah, uang, dan agama menjadikan seseorang atau kelompok memiliki posisi lebih tinggi dibanding yang lain dan merasa benar untuk melakukan penindasan dan eksploitasi. Menurut Ahmad Tohari, budaya Banyumas dengan watak cablaka menjadi modal sosial penting untuk melawan feodalisme atas dasar apapun. 

Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah UIN Saizu Purwokerto, Dr Muskinul Fuad menyampaikan, pengarusutamaan budaya dalam praktik pembelajaran di perguruan tinggi mendesak untuk dilakukan. Penetrasi budaya global sudah sangat massif yang perlu direspons secara kreatif dengan menghadirkan kearifal lokal yang dimiliki.

“Generasi muda kita lebih tertarik dengan budaya luar karena mereka menggap lebih modern dan adaptif dengan kebutuhan baru. Mereka memiliki kecenderungan unik yang saat ini diakomodasi budaya luar,” jelas Dr Fuad.

Dijelaskan, kebudayaan lokal dengan berbagai kelebihannya memiliki tantangan untuk lebih 'memahami' generasi muda. Untuk itu, Fakultas Dakwah dengan civitas akademikanya memiliki tugas mentransformasikan budaya lokal, terutama Penginyongan dalam pembelajaran pendidikan tinggi untuk menciptakan sumberdaya yang unggul.

UIN Saizu Maju, UIN Saizu Unggul!!!

#uinsaizu #uinsaizupurwokerto #uinsaizumaju #uinsaizuunggul #kampushijau #purwokerto

Berita Terkini