Bahkan saat hendak masuk final pada Olimpiade Rio 2016 atlet yang dilatihnya Butet atau Liliyana Natsir sempat mengalami penurunan berat badan antara 3 sampai 4 kilogram.
Turunnya berat badan tersebut karena mengalami banyak tekanan.
Sebab, puncak pencapaian bagi atlet tepok bulu skala dunia adalah ketika meraih medali emas dalam Olimpiade.
“Sudah juara All England, juara dunia, tapi kalau belum juara Olimpiade itu kan prestasi tertinggi Olimpiade untuk bulutangkis."
"Sebenarnya orang ikut (Olimpiade) saja sudah bangga."
"Tapi lebih hebat lagi mengukir sejarah kalau dia dapat medali entah itu perunggu perak atau emas."
"Kan itu yang diidam-idamkan,” katanya.
Pengalamannya pada Olimpiade Rio 2016 yang menyisakan Owi/Butet masuk babak final, saat itu memang memerlukan dukungan mental penuh.
Kata Mainaky, dukungan mental itu datang dari sesama atlet yang telah gugur, kontingen, pengurus, termasuk Menpora.
Hanya saja memang atlet juga perlu tenang.
Saat itu, kata Mainaky, Ketua PBSI maupun Menpora dilarang untuk ketemu dengan Owi/Butet.
“Takutnya kalau ada salah omong, nanti atlet malah merasa terbebani,” kata dia.
Kemudian atlet juga perlu puasa media sosial.
Komentar-komentar dari media sosial bisa berpengaruh pada konsentrasi atlet dalam berlaga.
“Untuk itu atlet harus benar-benar nyaman dan konsentrasi penuh,” kata Richard Mainaky. (*)
Baca juga: Terkendala Anggaran, Pengembangan Wisata Alam Goa Terawang Blora Perlu Suntikan Investor
Baca juga: Agar Lebih Realtime, Ketua RT di Semarang Diminta Catat Warga Meninggal Melalui E-Pakem
Baca juga: Program Studi PPG FKIP UMP Menangkan Hibah Revitalisasi LPTK 2024
Baca juga: 31 ASN Pemkab Jepara Terima SK Pensiun