Berita Kabupaten Semarang

Kisah Duo Sejarawan Undip Lacak Prasasti Damalung Asal Gunung Merbabu, Ditemukan di Belanda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkapan layar foto Prasasti Damalung yang ditemukan Sekretaris Tim Repatriasi, Bonnie Triyana dan para peneliti di sebuah gudang museum di s-Gravenzande, Belanda.

Dari penemuan Prasasti Damalung tersebut, Tri berpendapat bahwa kawasan lereng Gunung Merbabu dulunya merupakan skriptorium kuno yang menghasilkan naskah-naskah tentang ilmu pengetahuan, kearifan lokal, serta budi pekerti.

Naskah-naskah yang ditemukan juga menunjukkan cara berpikir masyarakat Jawa pada zamannya.

Ditambah lagi, lanjut dia, Prasasti Damalung juga berisi tentang pemujaan kepada Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan dalam kepercayaan Hindu-Buddha.

Sehingga, naskah-naskah penting itu diyakini ditulis oleh para kalangan intelektual kuno pada 1371 Saka atau 1449 Masehi sesuai keterangan waktu pada Prasasti Damalung.

“Saya cukup banyak mengakses informasi bersama filolog, Rendra Agusta meliputi Candi Sokowolu (Tajuk), Prasasti Watu Lawang (Samirono) dan Prasasti Ngrawan (Ngrawan) semuanya di lereng Merbabu, Getasan.

Itu suatu kekayaan dalam konteks khasanah Nusantara, semuanya masih terhubung dengan dengan adanya situs-situs tersebut,” imbuh Tri.

Tri berharap, Prasasti Damalung bisa segera dipulangkan atau dibawa kembali ke Indonesia atau lokasi aslinya di Getasan.

Dengan itu, maka terjemahan-terjemahan baru dari para peneliti akan terus bermunculan hingga didapati makna yang paling mendekati dari isi Prasasti Damalung.

Tri bersama komunitas Cetak Biru Damalung yang terdiri dari antropolog, filolog, arkeolog, musisi, perupa, dan penari juga berharap membaca kembali naskah-naskah Merapi-Merbabu dan menerjemahkannya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. 

Dari informasi yang dihimpun, satu di antara terjemahan dari manuskrip di batuan Prasasti Damalung berbunyi “Om Sri Saraswati, gunung Damalung yang agung dan suci.

Engkau adalah kehidupan di buana ini, melingkari, menjelma menjadi manusia, tempat air…sebab Hyang Widi…oleh Dewa Matahari, Dewa Bulan yang menyinari baik buruknya dewa dan manusia. 

Juga yang melihat yang punya hati, mendengar akan lolos dari apa-apa yang dilarang oleh tradisi. 

Semuanya sama-sama percaya akan tutur yang sejatinya. 

Jika ada yang…tanpa memiliki abdi-abdi, mampu tidak membawa seorang wanita, tujuh…tidak beristri dengan sesungguhnya.  Pada tahun Saka 1371”. (*)

 

Berita Terkini