Setelah itu, pada tahap kedua, kami kaitkan dengan skenario pembelajaran, sebagai dasar untuk mengukur efektivitas pembelajaran,” terang Zulfa.
Selama pelatihan, beberapa guru merasa waktu yang diberikan masih kurang untuk benar-benar menguasai pembuatan media pembelajaran interaktif menggunakan Scratch.
Oleh karena itu, Tim Metamorfosa juga menyediakan pendampingan secara daring, sehingga guru dapat terus berkonsultasi dan mendapatkan bimbingan lebih lanjut.
"Ada pendampingan secara daring, jadi masih memberikan mentoring," ujar Zulfa.
Meskipun pelaksanaan pelatihan berjalan lancar, beberapa tantangan tetap dihadapi, seperti kendala jaringan internet.
Namun, Tim Metamorfosa berhasil mengatasinya dengan mengubah format media pembelajaran menjadi MP4 sehingga bisa diakses dengan lebih mudah.
“Beberapa mungkin ada kendala jaringan, tapi ini sudah bisa kami atasi dengan cara mengubah format ke MP4,” jelas Zulfa.
Hingga saat ini, guru-guru telah berhasil menciptakan sekitar 50 media pembelajaran berbasis Scratch, yang sebagian besar telah diimplementasikan di kelas.
Salah satu contoh yang berhasil adalah aplikasi game interaktif yang dapat diunduh dan dimainkan oleh siswa.
Respon siswa terhadap media pembelajaran tersebut sangat positif, menunjukkan peningkatan motivasi belajar yang signifikan.
"Siswa senang dan terlibat aktif dalam pembelajaran menggunakan media ini," tambahnya.
"Cuma untuk peningkatan, ini kan kasmi masih memproses. Jadi nanti di awal Oktober, kami akan mengambil data online bagaimana kualitas pembelajaran bapak/ibu guru peserta tadi."
"Tapi kalau melihat perjalanan sampai sini, terbaca insya Allah meningkat," ujar Zulfa.
Melalui pelatihan ini, Zulfa berharap agar para guru dapat terus mengembangkan media pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
Program ini diharapkan dapat disebarluaskan ke sekolah-sekolah lain di Kabupaten Kendal, bahkan hingga ke jenjang SMP dan MTs.