Pihaknya juga mencoba menekan harga dari sisi komponen Smart Farming IoT agar bisa lebih murah sehingga tidak memberatkan para petani.
Adapun prototipe alat tersebut membutuhkan biaya Rp 500 ribu, dengan 10 titik penyiraman.
"Kami coba tekan lagi biaya pembuatannya agar lebih murah, alat ini kami setting untuk empat jenis yakni dari atas, springkel, dan yang langsung ke tanaman," ucapnya.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan, inovasi ini bagian dari menjaga ketahanan pangan di Kota Lunpia.
Ini akan memudahkan masyarakat dalam melakukan penyiraman.
"Jadi, tidak ada alasan tidak bisa menanam karena repot. Penyiraman bisa dilakukan melalui smartphone," ucap Ita.
Baca juga: 5 Tahun Transformasi BUMN, PLN Dukung Smart Farming Taruna Tani di Sriharjo
Ita menambahkan, inovasi ini bakal dikembangkan lebih lanjut.
Bahkan, ada BUMN yang memberikan CSR untuk pembuatan 25 alat dan akan dibagikan ke kelompok tani.
"Dengan inovasi ini, Pemkot Semarang bisa menjalankan arahan Presiden untuk bisa mewujudkan ketahanan pangan," katanya. (eyf)