Berita Rembang

9 Pasien Meninggal dan Ratusan Anak Terkena DBD di Rembang Sepanjang 2024

Penulis: Rezanda Akbar D
Editor: raka f pujangga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak sedang dirawat di RSUD Rembang karena terkena penyakit DBD.

TRIBUNJATENG.COM, REMBANG - Dalam akhir tahun ini, Kabupaten Rembang sering diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

Hal ini berpotensi menyebabkan banyak tampungan air yang tersebar di Kabupaten Rembang, untuk itu kesadaran masyarakat dalam mencegah keberadaan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus dengue penyebab demam berdarah dengue (DBD) perlu ditingkatkan. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, sepanjang tahun 2024 tercatat 325 kasus DBD.

Baca juga: 49 Kasus di November, Awal Desember DBD Anak di Rembang Sudah Catat 10 Kasus

Hal ini disampaikan oleh dr. Jhon Budi dari Dinas Kesehatan Rembang dalam rapat koordinasi Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD yang digelar di salah satu hotel di Jalan Pantura belum lama ini.

“Penyakit DBD kebanyakan menyerang anak usia 5-15 tahun. Dari 325 kasus DBD yang tercatat sejak Januari hingga Desember 2024, sembilan pasien di antaranya dinyatakan meninggal,” ujar dr. Jhon Budi, Jumat (13/12/2024).

Menurutnya, pola peningkatan kasus DBD cenderung mengikuti musim hujan. 

“Ini gara-gara perilaku atau kebiasaan. Sebenarnya trennya seperti ini saja, Januari kasus DBD meningkat karena musim hujan, nanti bulan April-Mei turun. Agustus naik lagi karena memasuki musim hujan. Polanya sudah jelas,” ungkapnya.

Dari data yang disampaikan, wilayah dengan kasus DBD terbanyak adalah Puskesmas Pancur dengan 82 kasus, Sale 47 kasus, Sumber 30 kasus, dan Sarang 1 dengan 27 kasus. 

Sementara itu, wilayah dengan kasus paling sedikit adalah Puskesmas Sarang 2 dengan dua kasus, Sluke tiga kasus, dan Rembang 1 juga tiga kasus.

dr. Jhon Budi menyoroti penurunan kasus yang signifikan di wilayah Puskesmas Lasem dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Menurutnya, penurunan ini merupakan hasil dari Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 Plus yang terlaksana dengan baik melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). 

Di dalam keluarga ditunjuk 1 orang sebagai penanggung jawab untuk memantau jentik di rumah masing-masing. 

Serta kader pemantau jentik desa memantau hasilnya dan melaporkan ke Puskesmas untuk dilakukan evaluasi. 

“Yang mengalami perubahan bagus sekali itu Lasem. Tiga tahun lalu, Lasem itu kasus DBD-nya luar biasa banyak. Tapi hanya dengan menggerakkan masyarakat, tahun ini angka kasusnya bisa ditekan luar biasa. Kasusnya sedikit (15 kasus),” jelasnya.

Baca juga: DKK Jepara meminta Masyarakat Waspada DBD Selama Musim Penghujan

Meski demikian, angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Rembang baru mencapai 72 persen, jauh dari target 95 % . 

Hal ini menunjukkan bahwa peran masyarakat dalam menanggulangi penyakit DBD masih perlu ditingkatkan.

“Tujuan Pokjanal ini adalah melibatkan semua sektor. Masyarakat harus diingatkan terus tentang pentingnya PSN. Jangan berpikir hanya soal fogging. Satu rumah satu jumantik juga terus kita gaungkan,” pungkas dr. Jhon Budi. (Rad)

Berita Terkini