7 Fakta Balita Hanyut di Selokan Surabaya, Orang Tua Ketar-ketir: Gak Bisa Tidur Semua Satu Rumah
TRIBUNJATENG.COM - Berikut ini 7 fakta balita hanyut di selokan di Surabaya saat mandi hujan.
Viral di media sosial, seorang balita berusia 3,5 tahun hanyut di selokan yang terbuka.
Berdasarkan video yang beredar, terlihat balita sedang bermain bersama dua bocah lainnya.
Berikut adalah tujuh fakta terkait insiden tersebut:
1. Kronologi
Peristiwa terjadi pada Selasa (24/12/2024) di Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung.
Balita berinisial MR sedang bermain air bersama kerabatnya di gang perumahan saat hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
Selokan yang penuh aliran air menjadi lokasi insiden ketika MR tergelincir dan hanyut terbawa arus.
2. Kakak Korban Langsung Memberitahu Orang Tua
Melihat MR jatuh ke dalam selokan, kakak korban segera pulang untuk memberi tahu orang tua mereka.
Warga setempat berinisiatif melakukan pencarian dengan menyusuri selokan yang sempit, namun korban tidak ditemukan.
"Pencarian dari titik yang viral di video itu terus dilakukan. Karena dicurigai (korban) tersangkut, saluran itu lebarnya kurang lebih 50 hingga 60 sentimeter," jelas Kompol Slamet Agus Sambodo, Kapolsek Wiyung dikutip dari Tribun Jatim.
3. Pencarian Berlanjut Hingga Kali Makmur
Pencarian korban diperluas hingga Kali Makmur, sekitar dua kilometer dari titik awal korban jatuh.
Sungai ini terhubung dengan saluran Wiyung dan Babatan.
Tim pencari mengerahkan enam perahu karet untuk menyisir lokasi tersebut.
"Kami bersama Basarnas, kami memperluas pencarian ke Jalan Wiyung dan ke titik lokasi Kali Makmur," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro.
4. Kendala Pencarian: Eceng Gondok dan Lumpur Tebal
Pencarian menghadapi kendala besar, seperti tumpukan eceng gondok di permukaan sungai dan lumpur tebal di dasar sungai.
Alat berat dari BPBD Surabaya digunakan untuk membersihkan eceng gondok, sementara metode estafet diterapkan untuk penyisiran lokasi.
"Kami melakukan pembersihan eceng gondok terlebih dahulu. Sementara masih belum terlihat untuk korbannya," katanya.
Selain eceng gondok, kendala petugas ada pada penyisiran di box culvert.
Penyisiran saluran tertutup akan dilakukan setelah menuntaskan proses pencarian di Kali Makmur.
"Ini belum kami lakukan penyisiran ke arah Wiyung. Karena, merupakan saluran tertutup. Setelah di sini, kami akan ke arah Wiyung," katanya.
Apabila hujan datang, pencairan akan dihentikan sementara karena potensi arus sangat deras.
"Sehingga, kami tidak merekomendasikan untuk proses pencarian," katanya.
"Biasanya kalau sudah 24 jam, korban akan mengapung. Namun ini belum terlihat karena juga adanya eceng gondok," kata Hebi.
5. Upaya Penyelamatan Dibantu Teknologi Drone
Untuk memaksimalkan pencarian, dua unit drone diterjunkan guna memantau area yang sulit dijangkau.
Drone menyisir permukaan Kali Makmur, terutama di sekitar SMPN 34 Surabaya yang masih dipenuhi tanaman air.
Proses pencarian hari ketiga dilakukan dengan menerjunkan drone hingga menyiapkan manuver perahu karet di Kali Makmur sebagai pusat lokasi pencarian.
6. Keluarga Korban Ikut Berpartisipasi dalam Pencarian
Wibi Harianto, orang tua asuh MR, mengungkapkan bahwa dirinya bersama anggota keluarga lainnya turut mencari korban sejak kejadian.
"Sampai subuh tadi, baru pulang mencari, sekitar pukul 04.00 WIB, enggak bisa tidur semua satu rumah," ujar dia.
"Cari di selokan enggak ada, padahal dalamnya itu ukuranya enggak sampai 50 sentimeter," katanya menambahkan.
Kemudian, kata Wibi, BPBD Surabaya memperluas pencarian dengan menyusuri sungai di Perumahan Royal Residence.
Dia meminta kepada petugas untuk ikut naik ke perahu karet.
"Ya gimana, namanya orang tua, buah hati, kepikiran kalau enggak ikut cari, ditawari atau enggak ya pengin ikut," jelasnya.
7. Fokus Pada Pencarian Permukaan Air
Hingga hari ketiga, pencarian masih berfokus pada permukaan sungai.
Komandan Basarnas Surabaya, Eko Apriyanto, menyebutkan bahwa pihaknya belum mempertimbangkan opsi penyelaman karena visibilitas yang rendah dan belum adanya titik pasti korban.
"Tentu kami upayakan agar korban bisa ditemukan kurang dari 7 hari. Mudah-mudahan ini bisa segera ditemukan," kata Eko. (*)