Warga juga menggebrak pintu sambil berteriak dan akhirnya menemukan ruangan Camat.
Karena melihat kondisi yang tak kondusif, ia melarang warga masuk.
"Kalau mereka datang dengan baik-baik, kami bisa saja menerima dengan baik. Namun, saat itu tidak demikian (kondusif)," katanya.
Melihat jumlah massa yang besar datang dengan kondisi memanas, dua staf yang ada di ruangan Khusnul tetap berada di dalam.
Alvian berada di belakang pintu dan Devi berada di bawah meja.
"Staf kami ketakutan semua. Lari semua. Datang bergerombolan begitu sambil teriak-teriak. Saat itu, Satpol-PP juga tidak di Kantor Kecamatan karena sedang proses penertiban," katanya.
Dari keterangan Khusnul, pemilik Bangli ke kantor kecamatan untuk meminta pembatalan proses penertiban.
"Mereka minta Bangli tidak ditertibkan. Alasannya, ini dan itu. Saya katakan tidak bisa," katanya.
"Kami tegaskan bahwa kami adalah pelayan masyarakat, penegak perda. Kalau mengganggu masyarakat, melanggar perda, maka mau tidak mau kami tertibkan. Apalagi, ini permintaan warga," kata Khusnul.
Akibat insiden ini, Devi pun mengalami trauma.
Dirinya pun membantah melakukan hal aneh seperti yang dituduhkan.
"Kenapa saya lari dibawa mejanya pak camat? Itu tadi saya ketakutan bukan bukan karena saya melakukan sesuatu yang aneh-aneh dengan pak camat. Nggak ada," ucap Devi dikutip dari Tribunnews.com.
Sementara itu, Khusnul pun mempertimbangkan akan membawa perkara viralnya video yang menyudutkan dirinya tersebut ke ranah hukum.
(*)