Artinya, ada kerawanan jika terjadi mobilisasi penghuni sebanyak itu ke satu titik tertentu.
Menurut Andi, puluhan penghuni LP mendobrak pintu 1, 2, dan pintu utama, lalu kabur dengan melomptati pagar besi halaman depan LP tersebut yang tidak begitu tinggi.
Versi lain menyebutkan, para warga binaan lari justru setelah menyerang petugas dan menjebol atap LP.
Andi Hasyim juga menyebut salah satu faktor pemicu larinya para warga binaan tersebut.
“Salah satu tuntutan mereka adalah supaya di dalam LP ini disediakan bilik asmara,” kata Andi Hasyim.
Bilik asmara adalah istilah internal LP, yakni ruangan khusus yang digunakan oleh napi untuk berhubungan biologis dengan pasangannya yang sah saat datang berkunjung.
Bilik asmara juga disebut bilik cinta atau bilik mesra. Sangat terbatas LP yang memiliki ruang khusus ini di Indonesia.
Namun, menurut Andi, pengadaan bilik asmara di dalam LP bukan kewenangannya. Dia hanya bisa menyampaikan aspirasi itu kepada atasan langsungnya di provinsi, yakni Kakanwil Ditjenpas Provinsi Aceh.
Sementara itu, dari Kakanwil Hukum Provinsi Aceh, Dr Drs Meurah Budiman SH MH, Serambinews.com mendapat tambahan informasi bahwa hari ini Dirjenpas Kementerian Hukum akan tiba di Banda Aceh dan langsung menuju Kutacane.
Sebagaimana dilaporkan terdahulu, puluhan penghuni LP Kutacane kabur menjelang berbuka puasa Senin sore.
Berdasarkan video warga yang beredar, para warga binaan itu tampak lari secara bergerombol dengan melompati pintu pagar depan LP.
Lalu lintas di depan LP terlihat macet. Mereka lari berhamburan hingga beberapa di antaranya terlihat mengadang pengguna jalan yang lewat di depan LP.
Pedagang takjil di depan LP tersebut juga kaget, bahkan berteriak ketika melihat begitu banyak penghuni LP yang kabur.
Semua yang kabur hampir tidak ada yang mengenakan sandal, apalagi sepatu. Beberapa di antaranya malah terlihat lari tanpa baju, hanya mengenakan celana pendek saja.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 18.20 WIB. "Ya, mereka kabur ramai-ramai, kabarnya kabur lewat atap lapas yang dibobol," kata seorang warga Aceh Tenggara kepada Kompas.com.