UIN SAIZU Purwokerto

Manusia di Dunia: Tugas Dinas dengan Misi Bersama

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E, Dosen FEBI UIN Saizu Purwokerto

Ada titik di mana sains dan teknologi bisa menjadi "lebay" atau berlebihan, terutama ketika mereka mencoba melawan kodrat yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Contohnya, Tuhan telah menyatakan bahwa setiap yang hidup pasti akan mati.

Namun, sains sedang berusaha merancang cara agar manusia bisa hidup abadi.

Selain itu, manusia juga sedang mencari tempat tinggal selain Bumi, meskipun jarak tempuhnya sangat jauh dan seolah-olah tidak realistis untuk dicapai dalam waktu dekat.

Ini menimbulkan pertanyaan: apakah upaya-upaya ini benar-benar bermanfaat, atau justru menyia-nyiakan waktu dan sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih penting?

Istidraj, atau kemajuan yang diberikan Tuhan sebagai ujian, bisa datang dalam berbagai bentuk, termasuk melalui kecerdasan manusia.

Sains dan teknologi, meskipun bermanfaat, tidak boleh menjadi tujuan utama.

Mereka hanyalah alat yang seharusnya digunakan sejauh mereka memberikan manfaat untuk kehidupan akhirat.

Jika sains dan teknologi hanya digunakan untuk meningkatkan peradaban tanpa mengindahkan nilai-nilai ketuhanan, maka apa gunanya?

Manusia yang Tertidur di Dunia

Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah menggambarkan manusia sebagai orang yang sedang tidur di dunia ini.

Ketika seseorang meninggal dunia, barulah ia terbangun dan menyadari bahwa segala yang diceritakan dalam Al-Qur'an adalah nyata.

Sayangnya, ketika kesadaran itu datang, sudah terlambat untuk kembali.

Kita tidak bisa mengulang waktu atau memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu sadar dan waspada selama masih hidup di dunia ini.

Halaman
1234

Berita Terkini