Tren penggunaan QRIS di kalangan PKL ini mulai marak dalam beberapa waktu terakhir.
Misbahul, seorang pedagang es teh jumbo juga tak mau ketinggalan. Ia selalu memajang display QRIS di booth containernya yang terjangkau mata pelanggan.
Setiap pembeli yang datang pasti memandang. Sebagaimana Amir, Misbahul percaya diri memakai QRIS meski dagangannya recehan.
Jualannya hanya es teh seharga Rp 3000 per gelas besar.
"Yang penting saya sediakan, jadi kalau ada yang tanya sini sudah siap, " katanya
Tapi untungnya transaksi QRIS tak mengenal batas minimal. Ia bisa melayani pelanggan yang ingin membayar pakai QRIS hanya untuk nominal Rp 3000 atau seharga satu cup es teh jumbo.
Maklum, pelanggannya banyak dari kalangan milenial atau generasi Z yang lahir dari rahim teknologi digital.
Mau tak mau, Misbahul harus menyesuaikan tren yang sedang digandrungi anak muda sekarang.
Selain untuk memudahkan pembayaran, Misbahul juga sengaja memasang QRIS untuk menaikkan branding lapaknya.
"Kalau ada QRIS nya kelihatan keren," katanya
Selain penjual, ia pun dalam keseharian juga berperan sebagai konsumen untuk berbagai kebutuhan.
Sebagai konsumen, ia sendiri lebih memilih bertransaksi menggunakan QRIS.
Saat berbelanja berbagai kebutuhan di minimarket, atau makan di warung makan, ia biasa menggunakan QRIS.
Transaksi menggunakan QRIS sudah menjadi kebiasaan barunya dalam beberapa waktu terakhir. Ia pun mengaku jadi jarang membawa uang tunai di dompet.
Ini karena banyak toko maupun pedagang yang menjual berbagai kebutuhannya sudah melayani QRIS.
"Kemana-mana kalau transaksi tinggal buka aplikasi BRImo lalu scan. Jarang bawa uang di dompet, " katanya
Perubahan perilaku konsumen yang dirasakannya saat ini, jadi pertimbangan baginya dalam merencanakan bisnis.
Karenanya, saat berposisi jadi penjual pun, ia tak ragu juga menyediakan layanan transaksi QRIS untuk para konsumennya. (*)