UMKM

Kala Demam QRIS Melanda PKL Purwokerto, Bayar Cilok Rp 3000 Pakai Scan Barcode

Penulis: khoirul muzaki
Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

QRIS di GEROBAK- Penjaja gorengan di trotoar jalan Desa Dukuhwaluh, Kembaran, Banyumas menempel display QRIS di kaca gerobaknya.


Terlebih penggemar cilok banyak dari kalangan anak atau pelajar dengan uang saku pas-pasan. 


"Kalau belinya berapa tergantung, ada yang Rp 3000, 5000, kalau gak bawa tunai pakainya QRIS, " katanya


Siapa sangka, meski membeli cilok cukup dengan uang recehan, tidak semua pelanggan mau membayar tunai. 


Amir mengatakan, sebagian pelanggannya memilih menggunakan QRIS untuk membayar. 


Amir mengaku biasa menerima pembayaran menggunakan QRIS dengan nominal Rp 3000.


"Gak cuma anak muda, ada ibu-ibu juga beli cilok untuk anaknya Rp 3000 pakai QRIS," katanya


Amir merasakan betul manfaat menggunakan transaksi digital. Baik pedagang maupun pembeli sama-sama diuntungkan. 


Bagi pembeli, mereka tidak perlu membawa uang tunai untuk membayar. Asal ada smartphone di tangan, mereka bisa membeli sesuka hati hanya dengan memindai kode batang. 


Pelanggan juga tak rugi membayar dengan nominal kecil menggunakan QRIS, karena tidak dikenai biaya administrasi. 


Sementara bagi pedagang seperti Amir, transaksi digital juga menguntungkan. Ia bisa menggaet pelanggan yang biasa menggunakan transaksi digital. 


Amir juga tidak perlu susah mencari uang receh untuk kembalian. Pedagang kecil sepertinya memang kerap direpotkan masalah kembalian jika tidak ada uang pecahan di tangan. 


"Iya jadi gak repot cari kembalian, " katanya

 

Kian Marak

LAYANI PELANGGAN- Amir Abdillah melayani pelanggan yang membeli ciloknya di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran, Banyumas, Kamis (27/3/2025). Pedagang ini menggunakan QRIS untuk transaksi digital.  (TRIBUN JATENG/ Khoirul Muzaki)


Bukan hanya Amir, tren penggunaan QRIS juga diikuti para pedagang kaki lima yang lain.  

Halaman
1234

Berita Terkini