Amir menggunakan QRIS karena sebuah tuntutan. Meski hanya pedagang di trotoar, ia tak mau ketinggalan zaman.
"Saya sudah sejak beberapa tahun lalu pakai QRIS, " katanya
Pemuda asal Kabupaten Bogor Jawa Barat ini sadar pangsa pasarnya masyarakat metropolitan. Mereka sudah melek teknologi kebanyakan.
Dalam bertransaksi, mereka tak melulu pakai uang tunai. Bahkan cenderung lebih menyukai pembayaran digital.
Termasuk saat bertransaksi dengan pedagang kecil sepertinya. Jika Amir tak mau menyesuaikan tren pasar, ia akan tertinggal.
Sementara persaingan ketat antar pedagang tak bisa disangkal. Mereka saling berlomba menyajikan pelayanan terbaik untuk pelanggan.
Penyediaan layanan QRIS jadi strategi Amir untuk menarik pelanggan.
"Pakai QRIS lebih simpel, karena zaman sekarang maunya yang simpel, " katanya
Bayar Rp 3000 pakai QRIS
Siapa bilang QRIS hanya dipakai untuk transaksi dengan nominal besar. Pembayaran melalui QRIS tidak ada batasan minimal.
Karena itu, Amir percaya diri menawarkan layanan itu ke pelanggan.
Meski memakai QRIS yang membuat jualannya naik kelas, ia tak lantas menaikkan harga dagangan.
Amir tetap memasang harga normal. Toh untuk mengadakan layanan QRIS ia tak butuh modal. Pendaftaran QRIS juga gratisan.
Dengan satu butir cilok seharga Rp 500, ia menerima berapapun pembelian.