TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Bupati Kudus Sam’ani Intakoris masih meninjau beberapa masukan berbagai pihak perihal penanganan sampah di Kabupaten Kudus.
Dengan begitu akan hadir solusi paling mutakhir dalam persoalan sampah yang masih menjadi masalah di Kota Kretek.
“Sampah masih menjadi masalah."
"Ada beberapa masukan yang kemudian kami koordinasikan, mana pengelolaan sampah yang terbaik,” kata Sam’ani Intakoris dalam apel pegawai di halaman Pendopo Kudus, Selasa (8/4/2025).
Baca juga: 45 Hari Kerja Bupati Kudus Samani Intakoris: Aduan Warga Didominasi Jalan Berlubang
Baca juga: Bupati Kudus Sam’ani Intakoris Segera Isi Kekosongan Pejabat Eselon 3 dan 4
Sam’ani mengatakan, untuk sementara pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus bisa dipecahkan melalui pengolahan sampah berbasis Refuse Derived Fuel (RDF) dan pengolahan sampah menjadi biomassa.
“Menurut saya RDF dan biomassa biomassa bisa menjadi solusi masalah sampah di Kudus."
"Sampah dipisahkan dan sebagian dikeringkan."
"Untuk RDF jadi palet, bahan bakar pengganti batu bara,” kata Sam’ani Intakoris.
Untuk sistem RDF ini pihaknya telah memerintahkan kepada dinas teknis untuk bekerja sama dengan Semen Indonesia dan pabrik semen yang lain dalam pengelolaan sampah berbasis RDF.
“RDF ini bisa menggunakan lahan yang baru atau lahan lama TPA."
"Tapi kalau bisa lahan lama di TPA itu karena sampahnya sudah ada dan tinggal dikelola,” kata Sam’ani.
Sebelumnya, Sam’ani Intakoris juga telah meninjau sejumlah titik pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus.
Misalnya pengelolaan sampah di Desa Kedungdowo dan Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu.
Pengolahan sampah di Desa Kedungdowo berupa Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) Terpadu yang dikelola BUMDes Sumber Joyo di Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kudus.
Pengolahan sampah dimulai pada 2019.
Kemudian pada Agustus 2024, BUMDes menerima bantuan alat insinerator dari PT Djarum dan beroperasi penuh pada Desember 2024.
Setiap harinya, sekira 4 ton sampah anorganik diolah menggunakan alat insinerator.
Sampah yang diolah berasal dari sampah rumah tangga masyarakat setempat.
Terdapat 17 pekerja dengan 10 armada operasional pengangkut sampah yang setiap harinya mengambil sampah rumah tangga masyarakat Desa Kedungdowo.
Sam'ani Intakoris menjelaskan, BUMDes tersebut menjadi percontohan dalam mengolah sampah sendiri.
"TPS 3R ini menjadi contoh desa mandiri dalam mengolah sampahnya sendiri."
"Ini menjadi inspirasi untuk pemerintah desa lainnya," kata dia.
Oleh BUMDes Desa Sidorekso, sampah anorganik diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM).
BUMDes mampu mengolah 3,5 ton sampah menjadi BBM setiap harinya.
"Inovasi yang luar biasa, sampah anorganik bisa disulap jadi BBM."
"Sangat bernilai ekonomi tinggi," katanya.
Baca juga: Bupati Kudus Sam’ani Intakoris Ancam Jatuhkan Sanksi Bagi ASN yang Tidak Disiplin
Baca juga: Mengenal Tradisi Unik Memberi Makan Bulus di Kudus, Dipercaya Sebagai Peninggalan Sunan Muria
Sampah yang diolah adalah plastik dan sejenisnya.
Setiap satu kilogram sampah yang diolah, menghasilkan sekira 0,7 liter BBM jenis solar dan bensin.
Sementara kapasitasnya sekira 50 kilogram sampah, sehingga menghasilkan hingga 35 liter BBM.
Sam'ani Intakoris yang melihat pengolahan sampah dengan metode pirolisis tersebut mengapresiasi Kepala Desa Sidorekso dan jajarannya.
"Saya melihat inovasi yang mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak seperti solar dan bensin, bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi limbah plastik," ucapnya.
Terakhir, Sam'ani mengunjungi pengolahan sampah anorganik menjadi biji plastik Polyethylene Terephthalate (PET) milik CV Langit Biru yang berlokasi di Desa Puyoh, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Pihaknya menyampaikan, pengelolaan sampah yang dilakukan CV Langit Biru lengkap.
Pengelolaan menggunakan sistem conveyor untuk mengambil botol, menggilingnya, mencuci, mengeringkan, dan memilah plastik yang masih bisa dimanfaatkan.
Sampah berasal dari para pemulung dan pengumpul, baik dalam kondisi masih baru maupun yang sudah lama tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah yang telah diolah dan kualitasnya bagus kemudian diekspor ke Korea sebagai bahan membuat botol baru.
Lalu yang kondisinya sudah usang dikirim ke Kota Surakarta dan Tangerang yang nantinya diolah menjadi serat benang dan fiber glass.
Sam'ani mendukung pengolahan sampah berkualitas ekspor tersebut.
Menurutnya, permasalahan sampah dapat terselesaikan dimulai dengan langkah kecil seperti yang dilakukan oleh BUMDes Kedungdowo, Sidorekso dan CV Langit Biru.
"Sangat mendukung kepedulian masyarakat dalam mengolah sampah jadi bernilai ekonomi."
"Insya Allah masalah sampah bisa tertangani dimulai dari hal-hal kecil," kata Sam’ani. (*)
Baca juga: Situs Judi Online Gunakan Domain PolrestaSurakarta.com, Kasat Reskrim: Server Berada di Luar Negeri
Baca juga: Pajak Impor AS Tekan Ekspor Jateng, Tembakau Berpotensi Terdampak
Baca juga: Agustina-Iswar Sowan Bertemu Hendrar Prihadi, Singgung Investasi Kawasan Simpanglima Semarang
Baca juga: Wakil Bupati Purbalingga Pimpin Langsung Panen Raya di Desa Gambarsari, Dukung Swasembada Pangan