TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Empat kelurahan di Kota Pekalongan ditetapkan sebagai lokasi percontohan (pilot project) program Green Batik, hasil kerja sama Pemkot Pekalongan dan Pemerintah Belanda.
Keempat kelurahan tersebut adalah Kelurahan Setono, Gamer, Jenggot, dan Bendan Kergon (Pesindon).
Program ini ditandai dengan Kick Off Green Batik Pekalongan Pilot Project From Tradition to Innovation yang digelar di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan.
Baca juga: Inilah Langkah-langkah Fasyankes Kota Pekalongan Hadapi Darurat Sampah
Baca juga: Fadia Arafiq Tegas Tolak Rencana Pemkot Pekalongan Buang Sampah ke TPA Kabupaten
Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid menyampaikan, sebagai Kota Batik Dunia dan produsen batik terbesar di Indonesia, Pekalongan memiliki tantangan besar dalam pengelolaan limbah batik.
"Alhamdulillah, kerja sama dengan Belanda ini menjadi peluang besar untuk mengatasi persoalan limbah batik."
"Saya berharap di 2027, persoalan ini bisa diselesaikan secara menyeluruh," ungkapnya, Rabu (16/4/2025).
Aaf panggilan akrabnya Wali Kota Pekalongan mengatakan, selain limbah batik, ke depan program ini diharapkan bisa diintegrasikan dengan pengelolaan limbah sampah secara umum.
Sementara itu, perwakilan dari pemerintah Belanda, Ivo Van Der Linden menjelaskan bahwa Belanda dan Indonesia telah menjalin kerja sama panjang di bidang pengelolaan air.
Menurutnya, metode produksi batik konvensional di Pekalongan telah menimbulkan pencemaran sungai yang signifikan.
"Pemerintah Belanda berkomitmen untuk membantu Pekalongan, menangani masalah air limbah melalui kolaborasi teknis dan pelatihan."
"Ini adalah bagian dari kemitraan jangka panjang antara dua negara," ujarnya.
Kepala Bapperida Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo menjelaskan, program Green Batik akan berlangsung selama tiga tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan anggaran sebesar 500.000 euro.
Program ini terdiri atas enam fase, tiga fase pertama dijalankan pada 2025 dan sisanya dilanjutkan pada 2026 hingga awal 2027.
"2025 dimulai dengan kajian, analisis data, desain teknis, hingga pembangunan IPAL batik di empat kelurahan."
"Pada 2026 difokuskan pada pengembangan, replikasi ke lokasi lain, pembentukan Green Batik Center, serta promosi," jelasnya.
Dia menambahkan, pembangunan instalasi pertama ditargetkan rampung pada akhir 2025, agar pada tahun berikutnya bisa dilanjutkan ke sentra produksi batik lainnya.
Program ini juga melibatkan berbagai lembaga dari Indonesia dan Belanda, seperti Universitas Pekalongan (Unikal), Universitas Gadjah Mada (UGM), Saxion University of Applied Sciences, Dutch Water Operators, dan Dutch Water Authorities.
"Melalui Green Batik diharapkan industri batik bisa terus berkembang tanpa merusak lingkungan, sehingga Pekalongan tetap menjadi pusat kreativitas sekaligus kota yang bersih dan lestari," tambahnya. (*)
Baca juga: Wajib Diperhatikan! Disdikbud Jateng Larang Sekolah Gelar Acara Wisuda Kelulusan Siswa
Baca juga: Hasil Putusan Hak Asuh Anak Baim Wong dan Paula Verhoeven Usai Resmi Cerai: Digilir 2 Pekan Sekali
Baca juga: Pembunuhan di Desa Pliken Banyumas Dipicu Persoalan Gadai Motor, Kemungkinan Tak Cuma 3 Pelaku
Baca juga: Breaking News! Pria 75 Tahun Tertemper KA Argo Bromo Anggrek di Grobogan