"Untuk wilayah rawan banjir, metode pengolahan perlu disesuaikan," jelasnya.
Sementara untuk sampah anorganik, fasyankes didorong membentuk Bank Sampah Unit (BSU) atau menjalin kerja sama dengan bank sampah induk serta TPS3R di wilayahnya.
Sebagai solusi jangka panjang, pihaknya berencana membeli insinerator untuk menangani limbah residu yang tidak dapat diolah, agar dapat dibakar secara aman tanpa mencemari lingkungan.
"Selama masa transisi, limbah residu akan dibawa ke TPS3R setempat," imbuhnya.
Maysaroh menambahkan, ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian fasyankes dalam mengelola sampah dan mendorong terciptanya lingkungan kerja yang mendukung program kantor Zero Waste.
"Mindset-nya harus berubah."
"Sampah adalah tanggung jawab masing-masing."
"Bila belum bisa mengolah, minimal harus mengurangi timbulan sampah dari sumbernya," pungkasnya. (*)
Baca juga: Disbudpar Kota Semarang Harap Bandara Ahmad Yani Dikembalikan Jadi Internasional
Baca juga: Resmi Cerai, Paula Verhoeven Terbukti Selingkuhi Baim Wong, Hakim: Istri Durhaka
Baca juga: Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Tawarkan Langsung Investasi Kepada 100 Investor dari 5 Negara
Baca juga: Sri Primawati Indraswari Jabat Ketua PPLIPI Kota Tegal, Fokus Pemberdayaan Perempuan