Sejumlah pembicara internasional turut membagikan pandangan mereka terkait pemanfaatan AI dalam berbagai aspek, mulai dari penerapannya di dunia bisnis hingga isu-isu etika yang muncul.
Salah satu sesi menarik disampaikan oleh Yusup Ngadimin, pendiri Uthoppia.com, melalui topik “AI Capabilities for Career Development”.
"AI bukan hanya alat canggih, tetapi juga kesempatan untuk membuka peluang baru dalam karier kita," kata Yusup.
Sesi ini mengajak peserta untuk memahami bagaimana perkembangan AI mempengaruhi peluang karir di masa depan dan mempersiapkan diri untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan baik.
Selain itu, acara ini turut menyoroti pentingnya etika dalam pemanfaatan AI.
Dalam sesi bertema “Ethical Views on AI Utilization in Business and Education”, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan, Profesor Eko Sediyono, menegaskan bahwa etika dalam penggunaan AI bukan sekadar konsep teoritis, melainkan kebutuhan praktis.
“Etika dalam penggunaan AI bukan hanya konsep teoritis, tetapi sebuah kebutuhan praktis yang harus diterapkan agar teknologi ini benar-benar memberi manfaat jangka panjang,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa penerapan AI yang etis dapat membangun kepercayaan, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, serta menciptakan dampak positif yang inklusif dan berkelanjutan.
Melengkapi pembahasan mengenai etika dan dampak AI, rangkaian sesi dalam acara ini juga menghadirkan para pembicara internasional dengan topik-topik yang beragam dan relevan.
Maria Cristina L. Ibanez dari Miriam College, Filipina, mengangkat isu peran perempuan, AI, dan keberlanjutan dalam membentuk kewirausahaan masa depan.
Profesor Mark Goh dari National University of Singapore membagikan wawasan mengenai pemanfaatan AI dalam manajemen rantai pasok serta riset terkini di bidang bisnis dan manajemen.
Dari perspektif industri, Yusup Ngadimin, pendiri Uthoppia.com Singapura, menyampaikan pentingnya kolaborasi dunia usaha dan akademik dalam mengembangkan kurikulum berbasis AI.
Sementara itu, Christopher Tan Chia Yang dari Singapore Institute of Management menyoroti pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai bagian dari kesiapan menghadapi transformasi teknologi yang semakin cepat.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 63 program studi di jenjang D3 hingga S3.
Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.