Tentunya dengan tetap mengakar pada nilai-nilai sufistik yang diwariskan Sunan Muria, serta kearifan lokal masyarakat desa setempat.
Kurator Pameran Residensi Tapangeli, Karen Hardini menyebut, pameran ini menjadi momentum perjumpaan antar para seniman dan kolektif seni dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan DIY.
Di antaranya A.O.D.H, Budi Kusriyanto, Divasio Putra Suryawan (Dipo), Febri Anugerah, Feri Arifianto, Fitri DK, Medialegal, Jaladara Collectiva, Kolektif Arungkala, Kolektif Matrahita, Kudus Street Art (KSA), Lembana Artgroecosystem, Mellshana, MIVUBI X Marten Bayuaji, dan Umar Farq.
Menurut dia, setiap seniman mempunyai pendekatan dan gagasan artistik yang beragam, mulai dari elemen, konsep hingga karakter yang kaya akan warna.
Karya-karya tersebut ditampilkan guna menunjukkan sebuah identitas, memori tubuh, arsip sampai pada perawatan kisah situs dan ritus setempat.
Karya-karya pameran dimuculkan dalam bentuk arsip, audio-video, instalasi, lukisan, seni performa, musik noise, media alternatif, batik, seni media baru berbasis game, seni lingkungan (environmental art), dapur performatif, happening art atau seni peristiwa, mural dan grafiti (seni ruang publik), hingga museum dan koleksi benda-benda milik warga.
Peserta pameran menyelami Kudus pada Februari hingga April 2025.
Masing-masing membuat karya yang merepresentasikan Kudus sebagai subjek budayanya, sedangkan seniman merupakan sarananya.
Baginya, Pameran Residensi Tapangeli menjadi peristiwa yang melengkapi potongan besar Folktarium Muria untuk menarasikan ulang cerita rakyat di kawasan Muria.
"Lewat pameran ini, kami dapat memperpanjang ikatan atau jalinan akar budaya masyarakat Muria-Kudus, sebagai identitas yang terus dijaga," tutur dia.
Baca juga: Kelanjutan Sekolah Rakyat di Kudus, Pemkab Diundang Desk Kementerian Sosial
Baca juga: Bupati Kudus Usulkan 5 Program Prioritas Berhubungan dengan Ketahanan Pangan
Satu di antara peserta pameran adalah para seniman Jaladara Collectiva mengangkat tema 'peran perempuan dalam rewang'atau gotong royong yang ada di Piji Wetan Kudus.
Tema karya seni yang dipamerkan berjudul "Pawon", Perigi di Balik Panggung Perayaan.
Jaladara ingin menunjukkan bagaimana andil penting perempuan dalam rewang sebagai bentuk solidaritas, pengetahuan, dan keputusan sosial.
Seniman Jaladara, Anis Machfudoh menerangkan, pameran kali ini merupakan lanjutan dari Residensi Tapa Ngeli yang telah diikuti pada akhir Januari 2025.
Jaladara Collectiva menyajikan instalasi dari berbagai alat dapur sebagai bentuk perwujudan kerja kolektif perempuan.