Setelah mereka berjalan agak jauh masuk ke dalam hutan Ki Karang Nio kemudian bersiap membunuh Putri
Serindang Bulan tetapi ternyata ia tidak tega, ia kemudian mencari akal untuk mengelabuhi kakak-kakaknya agar bisa menyelamatkan Putri Serindang Bulan.
Ia lalu mengajak Putri Serindang Bulan mendekati aliran sungai dan mencari beberapa batang bambu yang kemudian ia potong-potong untuk dijadikan rakit.
Dengan hati yang berat dan pilu ia lalu menghanyutkan adiknya di Air Ketahun dengan rakit bambu bersama sedikit bekal dalam boka ibeun dan seekor ayam biring.
Telinga Putri Serindang Bulan ia sayat sedikit sebagai pertanda bila suatu saat nanti bertemu lagi. Melihat Putri Serindang Bulan yang semakin lama semakin menjauh membuat Ki Karang Nio semakin sedih, ia lalu berdoa semoga adiknya diberi keselamatan dan dapat terus bertahan hidup.
Di perjalanan pulang ia membunuh seekor anjing kumbang dan ia ambil darahnya untuk ditunjukkan sebagai bukti bahwa ia telah membunuh Putri Serindang Bulan.
Berkat Tuhan Yang Maha Kuasa, Putri Serindang Bulan yang dihanyutkan selama berhari-hari itu menepi dengan selamat di muara Air Ketahun yang dekat dengan suatu perkampungan bernama Pulau Pagai.
Atas takdir Tuhan, ia ditemukan oleh Tuanku Setio Barat yang sedang berburu disekitar sana. Tuanku yang terkejut menemukan seorang gadis yang amat cantik di tengah hutan lalu bertanya mengapa gadis itu bisa berada di sana.
Putri Serindang Bulan lalu menceritakan bagaimana ia bisa sampai dengan menaiki rakit selama berhari-hari.
Tuanku yang merasa kasihan dan juga tertarik akan kecantikan Putri Serindang Bulan lalu membawanya ke Kerajaan Indrapura di mana ia menjadi raja kerajaan tersebut.
Di sana ia menikahi Putri Serindang Bulan yang anehnya tidak kambuh penyakit kudisnya ketika dilamar oleh Tuanku Setio Barat.
Mereka lalu ingin mengadakan pesta jamuan pernikahan besar-besaran, Tuanku Setio Barat ingin mengundang keluarga istrinya di Renah Sekalawi sekaligus memohon restu.
Ia lalu mengutus seseorang untuk menyampaikan berita tersebut ke Renah Sekalawi sambil membawa seekor ayam biring yang dulu dibawa oleh Putri Serindang Bulan.
Keluarga Putri Serindang Bulan di Renah Sekalawi sangat terkejut mendengar berita tersebut, tetapi Ki Karang Nio akhirnya mengaku bahwa ia tidak jadi membunuh Putri Serindang Bulan setelah ia melihat ayam biring yang dibawa oleh utusan tersebut. Sayangnya Rajo Mawang telah tiada karena mendengar kisah pembunuhan putrinya dahulu.
Akhirnya keenam bersaudara itu berangkatlah menuju Indrapura, di sana mereka dijamu dan diberi uang jujur berupa seuncang emas untuk pernikahan Putri Serindang Bulan.