"Motor lamanya saya bawa pulang, namun belum sempat,” kata Ngadi kepada Tribunjateng.com di rumah duka, Rabu (23/4/2025).
Sejak masa sekolah hingga menjadi dosen, Nastain hanya mengandalkan motor Beat lamanya yang dibelikan Ngadi bertahun-tahun lalu.
Meskipun tak pernah mengeluh, Ngadi kerap merasa kasihan melihat anaknya berkendara menggunakan motor tua di tengah rekan-rekannya yang sudah memakai mobil.
Ngadi juga sempat menawari memberikan dia mobil, namun ditolak.
Maka, dia membeli motor baru, berharap bisa memberi kejutan untuk sang anak yang tak pernah menuntut apapun.
Muhammad Nastain bukanlah sosok biasa.
Alumni S1 Biologi Undip Semarang dan S2 Biologi UGM itu dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan tekun.
Almarhum Nastain dikenal sebagai akademisi dengan segudang prestasi dalam penelitiannya di bidang biologi.
Dia sedang merintis jalan sebagai akademisi, menjadi dosen lepas di UGM sembari menyiapkan pendaftaran S3 di kampus yang sama.
“Sejak kecil dia memang beda."
"Teman-temannya main bola, dia lebih suka membaca buku."
"Bahkan buku atlas, dibaca berulang sampai kusut,” kenang Ngadi sembari menahan air mata.
Dia menambahkan, tidak ada firasat apapun, bahkan saat pertemuan terakhir mereka saat Lebaran 1446 H.
Hanya sebuah kunjungan ke makam Gus Dur di Jombang, sehari sebelum kabar duka datang, Minggu (20/4/2025), yang kini terasa begitu berarti.
Dia mendoakan anaknya tanpa mengetahui kabar putranya keeesokan harinya.