Selain itu, Sapto menambahkan bahwa saat ini kebutuhan air bersih wilayah kota masih defisit sekitar 36 liter per detik.
Pelayanan kepada 21 ribu pelanggan masih mengandalkan 20 sumur air tanah, yang kapasitasnya terbatas.
Selain sebagai sumber air baku, Embung Bapangan juga dinilai potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata edukasi.
Pemerintah daerah berencana berkoordinasi dengan BBWS terkait izin pemanfaatan kawasan.
“Selain fasilitas air baku, kawasan ini sangat potensial untuk dijadikan wisata berbasis edukasi lingkungan,” tutur Mas Wiwit.
Sapto menambahkan, desain pengembangan telah disiapkan.
Satu di antaranya rencana ialah pembangunan gedung edukasi yang akan digunakan sebagai sarana belajar.
Hal itu mengenai proses pengolahan air siap minum. (Ito)