Berita Lembang

‘Tolong, Anak Saya di Dalam!’: Jeritan Warga Kampung Areng Lembang Saat Longsor Menerjang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua orang warga Kampung Areng, RT 01 RW 11 Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat diterjang bencana longsor pada Jumat (16/5/2025).(KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN)

TRIBUNJATENG.COM, LEMBANG -- Kampung Areng, sebuah sudut tenang di Desa Wangunsari, Lembang, mendadak berubah jadi lautan kepanikan.

Pagi buta, Jumat (16/5/2025), tanah longsor setinggi 50 meter menerjang tiba-tiba—membungkam suara alam, menggantinya dengan jeritan bersahutan warga yang terbangun dalam kegelapan dan gemuruh.

Tak ada yang sempat bersiap. Hujan semalam memang deras, tapi siapa sangka, di pukul 04.30 WIB, rumah-rumah akan ditelan lumpur begitu saja?

Ratna Ningsih (43), seorang ibu rumah tangga, menjadi saksi sekaligus korban bencana ini.

Saat itu ia tengah bersiap memasak di dapur. Namun suara gemuruh yang makin keras dari hulu mengubah pagi menjadi neraka.

“Saya cuma sempat menoleh, terus langsung gelap. Lumpur di mana-mana,” tuturnya dengan suara bergetar dari tempat pengungsian.

Teriakan Minta Tolong Jadi Alarm Bencana

Dalam gelap gulita, hanya suara yang bisa menyelamatkan. Pintu dapur terkunci oleh tumpukan tanah dan puing.

Ratna tak bisa keluar, aliran listrik padam, dan satu-satunya yang dia pikirkan adalah dua putrinya: Iin Nuraeni (21) dan Elva Rivani (12) yang masih terlelap di kamar mereka.

"Saya takut banget. Anak-anak masih di kamar. Saya teriak-teriak, semoga ada yang dengar,” ujar Ratna sambil menahan tangis.

Iin ternyata terbangun lebih dulu.

Ia mencoba menyelamatkan adiknya, tapi malah tertimbun longsor hingga setengah badan.

Jeritan Ratna akhirnya membangunkan warga.

Bala bantuan dari tetangga berdatangan tanpa menunggu instruksi, tanpa alat berat, hanya dengan tangan kosong.

Sang ayah, Ada (50), ikut menggali dengan penuh kegelisahan. Satu jam berlalu, Iin berhasil dievakuasi dengan luka lebam, namun selamat.

Tiga Rumah Luluh Lantak, Trauma Warga Mendalam

Longsor ini menimbun tiga rumah dan membuat puluhan warga mengungsi.

Meski tidak ada korban jiwa dalam tragedi ini, luka psikologis dan trauma membekas dalam. Anak-anak menangis, orang dewasa kehilangan harta benda, dan sebagian besar warga tak berani tidur kembali di rumah mereka meskipun kondisi tanah dianggap stabil.

Tim BPBD dan aparat gabungan sudah mengevakuasi warga serta memasang garis polisi di sekitar lokasi longsor. Peringatan dini terus digaungkan, terutama karena wilayah Lembang masuk zona rawan longsor akibat struktur tanah yang labil.

Peristiwa ini menjadi pengingat kuat bahwa edukasi kebencanaan sangat penting.

Pemerintah daerah bersama pihak terkait perlu memperkuat sistem peringatan dini, melakukan penanaman vegetasi penguat tebing, dan rutin mengevaluasi zona rawan.

Warga juga diharapkan lebih waspada terhadap tanda-tanda awal tanah longsor seperti retakan di dinding, suara gemeretak tanah, dan sumber air yang tiba-tiba mengering.

Bencana longsor di Kampung Areng, Lembang, bukan hanya soal rumah yang tertimbun, tapi juga tentang jeritan manusia yang terdengar hingga ke relung hati.

Jeritan Ratna adalah simbol alarm bahaya yang harus didengar semua pihak. Bencana mungkin tak bisa sepenuhnya dihindari, tapi kesiapsiagaan adalah pilihan yang bisa menyelamatkan nyawa. (kompas.com)

Baca juga: Desa Mijen Kudus Terima Motor Pengangkut Sampah dari BRI Peduli

Baca juga: Polres Tegal Gelar Pelatihan Etika dan Public Speaking untuk Pelayanan Lebih Profesional

Baca juga: BREAKING NEWS: Persis Solo Dipastikan Lolos dari Degradasi, Jawa Tengah Cuma PSIS yang ke Liga 2

Berita Terkini