Dengan lima anak dan sepuluh cucu yang juga harus diberi makan, Marsiti berusaha keras untuk bertahan.
Tak ada warung yang buka, tak ada kendaraan yang bisa keluar dari desa, dan tak ada kepastian kapan bantuan datang. Yang ada hanya air yang terus menggenang.
“Kalau banjir gini, ya makannya dari sungai. Suami saya nyari ikan seharian. Kalau dapat banyak, bisa dijual. Tapi seringnya enggak cukup juga,” katanya.
Meski baru dua hari merendam Desa Karangrejo. Warga lumpuh aktivitasnya. Mereka hanya bisa menunggu, sambil bertahan dari apa yang tersisa.
Seperti Marsiti, yang terus membersihkan ikan di tengah genangan, mencoba memberi makan keluarganya dari sungai yang sama yang menenggelamkan rumah mereka.
Tanggul Jebol
Tanggul Sungai Tuntang jebol lagi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Minggu (18/5/2025) pagi.
Sebelumnya kejadian serupa di Desa Kebonagung, Kecamatan Kebonagung pada Januari 2025.
Kali ini, titik jebol berada di Dukuh Pidodo, Desa Karangrejo, Kecamatan Bonang.
Akibat jebolnya tanggul, pemukiman di sekitar sungai mulai kebanjiran, dengan ketinggian genangan air di Dukuh Pidodo mencapai 60 hingga 80 sentimeter.
Di wilayah tersebut, genangan tidak hanya disebabkan oleh tanggul yang jebol, tetapi juga limpasan dari Sungai Tuntang yang memiliki konstruksi lebih rendah akibat tingginya debit air.
Pada pukul 16.00 WIB, aliran air yang deras sudah mulai memasuki rumah warga yang lantainya lebih rendah.
Kepala Desa Karangrejo, Zakaria Abdullah, mengungkapkan bahwa tanggul jebol terjadi sekitar pukul 08.00 WIB, dengan Dukuh Pidodo menjadi wilayah paling terdampak.
"Banjir Desa Karangrejo sudah meluas satu dusun (Pidodo). InsyAllah sore sampai malam itu meluas ke lima dusun yang ada di Karangrejo," kata Zakaria saat ditemui di Dukuh Pidodo pada Minggu sore.
Setidaknya sudah ada 50 rumah di Dukuh Pidodo yang terdampak banjir akibat jebolnya tanggul dan limpasan air dari Sungai Tuntang.
"Saat ini yang terdampak banjir ada lima puluh rumah di Dukuh Pidodo," tambahnya.
Zakaria juga menyatakan bahwa warga di Dukuh Pidodo saat ini masih bertahan di rumah masing-masing, namun akan dievakuasi jika kondisi banjir semakin parah.
"Rencana evakuasi menunggu nantinya apabila banjir semakin tinggi," tuturnya.
Baca juga: Terisolir Dari Kepungan Banjir, Marsiti Andalkan Ikan Kecil Untuk Bertahan Hidup di Demak
Salah satu warga Dukuh Pidodo, Suci (27), mengaku masih memilih untuk bertahan karena banjir belum memasuki rumahnya.
"Aman tidak masuk, di emperan yang banjir," ujarnya. Namun, ia mengeluhkan kondisi jalan di area kampung yang cukup menghambat aktivitas karena adanya genangan air.
"Tidak enak, licin, tolong ya (semoga segera ditangani)," tutup Suci. (Rad)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banjir Demak Meluas ke 5 Kecamatan, 11.662 Jiwa Terdampak, Bagaimana Kondisinya?"