Telkom University Purwokerto

Tim Agen Statistik Telkom University Purwokerto Juara 1 Lomba Video Kreatif BPS Nasional

Penulis: Laili Shofiyah
Editor: M Zainal Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim Agen Statistik Telkom University Purwokerto Juara 1 Lomba Video Kreatif BPS Nasional.

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Lima mahasiswa Telkom University Purwokerto yang tergabung dalam komunitas Pojok Statistik sukses mengharumkan nama kampus dengan meraih juara pertama dalam Lomba Video Kreatif yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) se-Indonesia.

Kelima mahasiswa tersebut adalah Fajar Tri Wahyuni dan Yusnia Auliya dari program studi Sains Data angkatan 2022, serta Dill Thafa Jausha, Himam Bashiran, dan Leonardus Ananto W dari angkatan 2023.

Mereka dikenal aktif sebagai Agen Statistik yang kerap menyebarluaskan informasi statistik melalui berbagai konten kreatif.

Perjalanan mereka menuju kemenangan bermula dari ajakan BPS kepada seluruh Agen Statistik di Indonesia untuk mengikuti webinar bertajuk “Strategi Promosi Berbasis Konten Kreatif” yang digelar pada 24 April 2024.

Webinar ini bertujuan membekali generasi muda dengan keterampilan menyampaikan data statistik secara menarik dan relevan.

Menariknya, di akhir sesi webinar, para peserta mendapat tantangan untuk membuat video pendek dalam format Instagram Reels dengan tema “Keadaan Angkatan Kerja Indonesia Agustus 2024”.

Tim dari Telkom University Purwokerto memutuskan untuk mengangkat data dari wilayah Banyumas sebagai fokus utama video.

“Kami sengaja memilih data Banyumas agar lebih dekat dengan kehidupan masyarakat di sekitar kami,” jelas Himam Bashiran, ketua tim.

Dengan waktu pengerjaan 2 hingga 3 hari, proses pembuatan video ini tidak berjalan mulus.

Mereka harus menghadapi sejumlah tantangan teknis, terutama saat proses syuting.

Dill Thafa Jausha mengungkapkan bahwa banyak adegan harus diulang berkali-kali demi hasil yang maksimal.

“Kami harus memikirkan bagaimana setiap scene bisa tersambung secara logis."

"Kadang satu adegan kami ulang sampai enam kali karena kurang natural,” ujarnya.

Selain itu, keterbatasan perangkat juga menjadi hambatan tersendiri.

Yusnia Auliya menuturkan bahwa seluruh proses penyuntingan dilakukan menggunakan ponsel dengan spesifikasi standar.

Halaman
12

Berita Terkini