UIN SAIZU Purwokerto

Wilāyat al-Faqīh dan Ekonomi Iran: Kajian Politik-Spiritual dalam Lanskap Ekonomi Global

Editor: M Zainal Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr. Muhammad Ashshiddiqy, Akademisi UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.

 • Meski dijepit embargo, mereka bisa membangun industri lokal yang kuat.

 • Kita di Indonesia masih sangat tergantung impor, bahkan untuk hal sepele seperti jarum suntik.

 2. Peran Ulama dalam Politik Bisa Positif

 • Jika ulama kompeten dan adil, kehadiran mereka di pemerintahan bisa mengarahkan negara ke kebijakan berbasis etika dan keadilan sosial.

 • Tentu, ini harus diawasi dan ditata agar tak jadi otoritarianisme.

 3. Ekonomi Harus Bernilai Sosial

 • Iran tidak mengejar pertumbuhan semata, tapi distribusi, solidaritas, dan resistensi.

 • Kita perlu belajar bahwa ekonomi tidak netral. Ia harus berpihak pada rakyat miskin.

Iran dan Ayatollah Khamenei bukan sekadar fenomena politik. Mereka adalah simbol dari sistem alternatif yang lahir dari rahim Islam Syiah. Wilāyat al-Faqīh bukan tanpa cacat, tapi ia membuktikan bahwa agama dan ekonomi bisa bertemu dalam satu ruang perjuangan nasional. Di tengah dunia Islam yang banyak kehilangan arah, mungkin sudah saatnya kita belajar bukan hanya dari Barat, tetapi juga dari Timur – dan salah satunya: dari Republik Islam Iran.

Catatan: Tulisan ini bertujuan akademis dan edukatif, tidak mengandung dukungan politik atau pandangan sektarian apa pun. (*)

Berita Terkini