Berita Temanggung

Kisah Pilu Dusun Jumbleng di Temanggung, Permukiman yang Lenyap Tertimbun Tanah Longsor

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DUSUN JUMBLENG: Suasana Dusun Jumbleng. Di balik keindahan alam dan kebun kopi yang terhampar luas, ternyata terdapat sebuah kisah tragis. (TRIBUN JATENG/YAYAN ISRO ROZIKI)

Tarom tak sendiri, ada sang ayah bernama Yatin, serta paman yang bernama Sarimin.

Atas perjuangan dan keajaiban, ketiganya berhasil lolos dari maut.

Tarom mengisahkan, semua berawal pada hari Kamis atau malam Jumat Wage bulan Desember tahun 1989 atau 36 tahun silam. 

Suasana Dusun Jumbleng kala itu dirasa mengkhawatirkan oleh seluruh warga yang tinggal.

Bukan tanpa sebab, pasalnya kontur perbukitan yang mereka huni itu, tengah diguyur hujan lebat selama berjam-jam.

Air langit yang turun sejak pukul 16.00 WIB hingga malam hari berpotensi menyebabkan bencana tanah longsor. 

Menurutnya, sebagian warga sebenarnya telah mulai mengungsi ke rumah warga lain yang dianggap lebih aman.

Tujuannya adalah agar mereka terhindar dari bahaya tertimbun tanah longsor.

Namun, semua itu seolah sirna.

Tepat pukul 22.00 WIB, tiba-tiba peristiwa tanah longsor yang cukup hebat terjadi.

Diawali suara dentuman keras, Bukit Seringin yang gagah menjulang roboh turun hingga ke permukiman.

Hanya dalam hitungan detik, 13 rumah warga di dusun tersebut tertutup oleh pekatnya tanah bercampur air. 

“Sebenarnya sudah ada tanda-tanda akan terjadi longsor karena hujan deras tidak kunjung reda sejak sore hingga malam hari.

Tetapi, karena memang permukiman kami berada persis di bawah bukit, tidak ada waktu bagi kami kala itu untuk menyelamatkan diri,” kenangnya, Senin (30/6).

Tak ada aliran listrik di Dusun Jumleng kala itu.

Halaman
1234

Berita Terkini