Ia berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
Devitasari pergi mengendarai motor Honda Beat merah putih bernomor polisi AA 3757 CY.
Di dekat motor ditemukan tas hitam,handphon dan sebuah buku catatan kecil.
Di buku tersebut terdapat tulisan tangan yang diduga merupakan pesan terakhir Devita.
Isi pesannya menyiratkan beban mental berat yang ia alami.
“Aku pergi ya, jangan salahkan keluarga atau tempat instansi aku kuliah."
"Aku hanya bermasalah dengan diriku sendiri. Terkadang, aku bukan diriku."
"Aku capek. Maaf untuk Bapak Dr. Sumardiyono, S.Km karena telah menghianati dan berjanji untuk bertahan."
"Tak masalah semua orang bilang yang lain bipolar juga bisa, aku nggak... Aku capek, Bu. Maaf aku tak sekuat ibu.”
Kesaksian di TKP
Haryadi salah seorang saksi mata, yang juga seorang driver ojek online mengutarakan bahwa sempat melihat seorang perempuan tersebut sebelum loncat dari Jembatan Jurug.
"Saya pas bawa customer dari Palur. Saya kan driver gojek, di tengah Jembatan 5 meter di depan saya. Saya tau perempuan sudah berdiri di tuas jembatan itu mau ancang-ancang lompat," ungkap Haryadi.
Haryadi mengaku sempat meneriaki perempuan tersebut sebelum loncat dari atas jembatan.
Namun tidak kesampaian, perempuan tersebut sudah terjun.
"Saya teriakin "Mbak" sudah ga nuntut.