Modal per unitnya sekira Rp5 juta hingga Rp7 juta, dijual kembali di kisaran Rp10 juta.
“Sudah ada yang beli buat kafe di Jepara dan Lampung,” katanya.
Meski bukan pelopor nasional, Wiji bangga menjadi salah satu yang pertama mempopulerkan PS portabel di Semarang.
“Sekarang sih banyak yang tiru."
"Tetapi awalnya dari keinginan pribadi saja, ingin bisa main PS di mana pun,” katanya.
Baca juga: 18 Ribu Unit Kendaraan Telah Dilelang di JBA Semarang
Baca juga: Manajemen KIC Semarang Bantah Isu Kenaikan IPL Tak Wajar, Walden: Tarif Masih Paling Murah
Salah satu pelanggan setia PS portabel adalah Habibi Zaki.
Warga Semarang ini kerap menghabiskan waktu senggang di kafe atau menyewa unit untuk dimainkan di rumah bersama anak.
“Waktu senggang seperti ini enak banget bisa mengisi kepenatan di warung kopi."
"Kadang main di tempat, kadang juga bawa pulang,” katanya.
Menurut Zaki, PS portabel menawarkan fleksibilitas yang tak didapat dari rental konvensional.
“Lebih fleksibel, bisa dibawa ke mana saja."
"Harganya juga masih masuk akal buat hiburan, apalagi habis kerja butuh relaksasi,” ujarnya.
Zaki biasanya menyewa PS4 karena menurutnya sudah cukup mumpuni dari segi grafis dan kelancaran bermain.
“Gambarnya tajam, gameplay-nya lancar, enggak ada macet-macet."
"PS5 pernah coba, tapi buat saya kurang efisien."