TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN – Di tengah deru kendaraan yang tak henti-hentinya melintas di jalur utama Semarang-Solo, kibaran warna merah dan putih mencuri perhatian.
Selembar demi selembar Sang Saka Merah Putih terbentang di tali-tali yang diikatkan di antara batang pohon, menyambut angin siang yang terasa kering dan menyengat.
Pojok trotoar di persimpangan Alun-alun Lama Ungaran itu tampak berbeda dari biasanya.
Baca juga: Vandalisme Bendera Merah Putih Gegerkan Sragen! Tiga Remaja Ditangkap, Berikut Penjelasan Kapolres
Di dekat bengkel motor dan warung makan Pak Wagimin, seorang lelaki paruh baya tengah sibuk menata bendera agar tidak kabur ditiup angin.
Namanya Dedeyana Setiyana (49), warga Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dia telah tiga hari berada di sana untuk menjual Bendera Merah-Putih sebelum Agustus bersiap menyambut para pembeli yang akan merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
“Saya dari Sabtu sudah buka.
Belum masuk Agustus, tapi kita harus duluan, biar warga punya waktu buat siap-siap,” kata Dedyana ketika ditemui pada Senin (28/7/2025) siang.
Dia bukan pendatang baru di jalanan itu.
Sudah empat tahun Dedeyana rutin datang ke Ungaran menjelang hari besar itu.
Di kampung halamannya, dia bekerja serabutan. Tapi saat bulan Agustus mendekat, dia berkemas, meninggalkan keluarga sejenak, dan menjemput rezeki dari kibaran dwi warna.
Dia menyewa kamar kos di Pudakpayung, Banyumanik, bersama rekan-rekannya sesama perantau dari Jawa Barat.
Setiap pagi, mereka berangkat ke titik-titik strategis.
Dedeyana memilih pojok persimpangan karena lalu lintasnya dirasa ramai.
“Alhamdulillah, hari ini sudah laku sembilan potong dan pendapatan bersihnya, sehari bisa dua ratus ribu.