"Kami akan menjadikan Desa Ponggok sebagai model percontohan. Sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan dunia usaha seperti ini adalah kunci untuk menciptakan ketahanan sosial terhadap narkoba," ungkapnya.
Lebih lanjut, Beliau juga menegaskan bahwa pendekatan pemberdayaan desa adalah senjata paling efektif dalam menekan peredaran narkoba karena narkotika hari ini bukan lagi isu kota bahkan kampung nelayan, desa petani, semua jadi sasaran.
Daerah dengan ekonomi rendah atau tinggi sama-sama berisiko. Karena itu, ketahanan desa adalah garda terdepan.
“Desa Ponggok akan dijadikan sebagai laboratorium praktik baik. Sinergi antara pemimpin desa, masyarakat, dan dunia usaha seperti ini adalah teladan. Ini bukan tentang BNN saja, tapi tentang kita semua,” ujarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan dialog interaktif, kunjungan ke BUMDes dan destinasi wisata lokal seperti Umbul Ponggok dan Koperasi Merah Putih, serta pemberian penghargaan kepada tokoh-tokoh penggiat P4GN.
BNN berharap bahwa hasil dari studi banding ini dapat direplikasi ke desa-desa lain di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah rawan narkoba, sebagai bagian dari transformasi desa menuju kemandirian dan ketahanan terhadap ancaman narkotika.
Kunjungan ini menjadi simbol bahwa pemberantasan narkoba tidak cukup dilakukan secara birokratis dari atas, tetapi harus dibangun dari bawah yakni dari desa, dari keluarga, dari individu.
Semangat kolaborasi yang digaungkan BNN sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, terutama dalam pencegahan narkoba demi membangun sumber daya manusia unggul, desa mandiri, dan bangsa yang berdaulat.
Baca juga: Edukasi Literasi Keuangan, BTN Kenalkan Mobile Banking Bale
Baca juga: Cilacap Gratiskan PBB 2025 untuk Warga, Pajak Daerah Tetap Tanpa Kenaikan
Baca juga: Kemenkum Jateng Dorong Kopi Robusta Wonogiri Sebagai Indikasi Geografis