"Mereka kerjanya kan ekstra dari pagi, dia bilang bangun jam 03.00 Wita. Pasti drop juga," ucap Lusi.
Lusi mengatakan kalau adiknya saat itu diduga sudah tak sanggup menahan siksaan seorang diri.
"Dia anaknya tidak banyak omong, kebanyakan dia simpan keluh kesah sendiri. Tapi waktu itu mungkin dia tidak tahan jadi curhat saya," kata Lusi lagi.
Tak hanya itu, Prada Lucky Namo juga mengaku dipukuli setiap hari oleh seniornya di dalam sel.
Namun ia tak merinci alasan kenapa adiknya itu berada di dalam sel.
"Tetapi yang saya dengar, Lucky kan disel, jadi setiap pergantian piket dari hari Senin sampai masuk rumah sakit itu, pergantian piket itu mereka selalu bergantian pukuli Lucky," tutur Lusi lagi.
Sementara itu pada ibunya, Prada Lucky akhirnya jujur saat video call di rumah ibu sambung.
Bahkan menurut Lusi, adiknya itu sudah dipukuli sebelum kabur dari Batalyon.
"Sebelum Lucky kabur itu dia sudah kena pukul. Dia kabur ke rumah mama asuhnya yang dekat Batalyon. Dia minta kompres luka-luka karena tidak tahan sakit," ungkapnya.
Saat itu kata Lusi, Prada Lucky Namo kabur dari Batalyon pada tengah malam.
"Lucky bilang 'aduh saya mati sudah, saya punya luka ini di badan'. Mama asuhnya kompres dan kasih obat, itu sudah lebam semua," ungkap Lusi.
Saat itu, Prada Lucky Namo juga curhat ke mamahnya bahwa ia dipukul oleh seniornya.
Bahkan Lucky mengaku dicambuk sehingga ia tak kuat dan akhirnya melarikan diri.
"Lucky kasih tahu, 'mama saya dipukul, dicambuk sama Bamak, sama Dansi intel'," kata ibu Prada Lucky Namo, Epi Seprina Mirpey.
Setelah dijemput kembali ke Batalyon, kata Epi, sang anak diduga dipukuli lagi.