“Hari ini belum laku sama sekali,” katanya.
Padahal, menurutnya sebelum Covid-19, omset yang ia terima bisa mencapai Rp 8-10 juta.
“Tahun ini paling sepi, padahal sebelum Covid-19 hasilnya lumayan banget, makanya saya bela-belain jualan sampai ke Solo,” ujarnya.
Melihat sepinya penjualan, Alit Karyana tidak menjamin tahun depan dirinya akan berjualan lagi.
“Nggak tahu tahun depan jualan lagi apa enggak, sepi banget, nggak balik modal,” ujarnya.
Alit mengatakan saat ini banyak masyarakat lebih memilih memberi secara online.
“Kayaknya orang-orang senang beli onlije, padahal aslinya harganya sama dengan yang saya jual,” bebernya.
Alit mengatakan bendera yang ia jual dimulai dwri harga 15 ribu hingga ratusan ribu rupiah tergantung dari ukurannya.
Alit prihatin dengan omset yang ia dapatkan, pasalnya ia sudah meninggalkan keluarga namun pulang hanya membawa sedikit uang.
“Saya prihatin, soalnya saya meninggalkan istri dan 4 anak di Garut, ke sini mencari nafkah, tapi yang didapat kok dikit,” terangnya.
Alit mengaku bingung karena modal yang ia pakai buat berjualan merupakan uang hasil pinjaman.
“Saya pulang juga bingung, ini kan saya modal pakai uang pinjaman, sementara jualan sepi, nanti ngembaliin uangnya gimana ya nggak tahu nanti,” katanya.
Alit mengatakan biasanya bendera-bendera yang tidak laku terjual akan ia lelang ke teman-temannya sesama penjual dengan harga lebih murah alias jual rugi.
“Kalau dulu bendera yang tidak laku bisa jadi stok untuk dijual tahun depan, tapi beberapa tahun terakhir, biasanya saya lelang ke teman-teman, harganya lebih murah, yang penting bisa nutup utang yang buat modal jualan,” tandasnya. (waw)
Baca juga: Fakta Demo Ricuh Pati: 34 Luka-Luka, Polisi Tegaskan Tidak Ada Korban Tewas
Baca juga: Eks Bupati Karanganyar Juliyatmono Potensi Dipanggil Lagi dalam Kasus Korupsi Masjid Agung Madaniyah
Baca juga: Agustus Puncak Rezeki Tahunan Nelayan Cilacap, Panen Ikan Meski Harga Stabil