Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cilacap

Konservasi Mangrove Simanja di Kutawaru Cilacap Jadi Pusat Edukasi dan Ekowisata

Di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap, Jawa Tengah berdiri kawasan konservasi .

Tribun Jateng/ Rayka Diah
Bibit Mangrove - Warga memelihara ribuan bibit mangrove di lahan konservasi Simanja sebagai upaya mencegah abrasi dan menjaga ekosistem pesisir. 

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap, Jawa Tengah berdiri kawasan konservasi mangrove Simanja yang kini menjadi pusat edukasi, wisata, dan pemberdayaan masyarakat.

Tempat ini dikelola oleh Kelompok Sida Asih yang terbentuk pada tahun 2016 dan kini memiliki 32 anggota dari sembilan unit usaha.

Awalnya, lahan seluas dua hektare ini gundul akibat penjarahan besar-besaran pada 1993 yang mengakibatkan abrasi parah.

Baca juga: Sidik Jari Ditolak Sistem Bank, Pelaku Yang Bobol Uang Rp 750 Juta Nasabah Salatiga Pakai KTP Palsu

Baca juga: Tampang Pria Sabet Kurir Dengan Samurai Setelah Enggan Bayar COD Saat Itu Juga

Naswan, Ketua Kelompok Sida Asih, mengisahkan bahwa semangat konservasi bermula dari sang ayah.

"Waktu itu tanah sudah morak-marik, abrasi luar biasa, bapak saya merasa tergugah untuk menanam mangrove," kata Naswan, Minggu (28/9/2025).

"Beliau mulai menanam di lahan dua hektare pada tahun 2000, dan setelah itu terbentuk kelompok pada 2016 untuk melanjutkan perjuangan," tambahnya.

Dari lahan yang dulu rawan abrasi, kini tumbuh ratusan pohon mangrove yang menjadi habitat alami berbagai jenis satwa.

"Yang tadinya burung tidak ada, kepiting juga tidak ada, setelah ditanami mangrove, semuanya kembali hidup," ujarnya.

Naswan menegaskan, menanam pohon mangrove adalah warisan bagi generasi mendatang.

"Kalau kita menanam satu pohon saja, kita bisa mewarisi kehidupan untuk cucu kita, karena satu pohon bisa menghidupi sepuluh jenis hewan," jelasnya.

Selain konservasi, kawasan ini juga menjadi pusat usaha produktif masyarakat yang terbagi dalam beberapa unit.

"Ada budi daya kepiting cangkang lunak, budi daya kakap merah dan kerapu, serta pembibitan mangrove," paparnya.

Kelompok ibu-ibu juga ikut terlibat dalam pengolahan makanan berbahan dasar mangrove.

"Ibu-ibu di sini membuat tepung dan sirup dari buah mangrove, sementara di wisata kuliner kami ada seafood khas, mulai dari kakap merah bakar, udang, sampai kepiting," tutur Naswan.

Unit usaha ini memberi peluang kerja bagi petani dan nelayan musiman yang sebelumnya sering menganggur.

"Kalau tidak musim melaut, nelayan bisa bekerja di kelompok ini, jadi tetap ada pemasukan," katanya.

Dikatakan Naswan, keberadaan kelompok ini juga membuka peluang distribusi bibit mangrove ke luar daerah.

"Kami bisa menjual bibit mangrove keluar, hasilnya masuk kas kelompok, dan itu menjadi dana bersama," ungkapnya.

Hingga kini, Simanja telah menyalurkan lebih dari 45 ribu bibit mangrove untuk program penghijauan di wilayah Segara Anakan.

"Sudah banyak instansi yang menggandeng kami, termasuk Pertamina dan Pelindo, untuk program penghijauan," ujarnya.

Selain konservasi dan ekonomi, Simanja juga menjadi tempat edukasi bagi anak-anak sekolah hingga mahasiswa.

"Dari PAUD sampai perguruan tinggi datang ke sini, mereka belajar langsung pentingnya menjaga pesisir dengan menanam mangrove," kata Naswan.

Bagi warga Kutawaru, keberadaan Simanja menjadi bukti nyata bahwa lingkungan yang terjaga bisa menumbuhkan kesejahteraan.

"Dengan adanya Simanja, masyarakat bukan hanya menjaga lingkungan, tapi juga bisa meningkatkan penghasilan," pungkasnya. (ray)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved