Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Latihan di Hutan, Inggris dan Sekutu Eropa Bersiap Perang Melawan Rusia

Inggris dan sejumlah negara sekutunya di Eropa menggelar latihan di hutan Norwegia, sebagai antisipasi perang melawan Rusia.

Penulis: Yayan | Editor: M Zainal Arifin
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Sabtu 8 November 2025 

Ringkasan Berita:
  • Inggris menggelar latihan perang di Bodo, Norwegia, bersama negara-negara Nordik dan Baltik untuk menghadapi kemungkinan konflik dengan Rusia di kawasan utara Eropa.
  • Serangan terhadap kabel bawah laut, pelanggaran udara NATO, dan meningkatnya aktivitas kapal Rusia menunjukkan rapuhnya stabilitas keamanan di kawasan Arktik dan Baltik.
  • Pengamat menilai, Inggris bersama JEF perlu memperkuat kesiapan menghadapi perang hibrida dan ancaman zona abu-abu dari Rusia.

 

TRIBUNJATENG.COM, BODOInggris dan sejumlah negara sekutunya di Eropa tengah menyiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk: berperang melawan Rusia. Militer Inggris saat ini menggelar latihan perang intensif di tengah lebatnya hutan dan dinginnya pegunungan bersalju di utara Norwegia.

Para perencana militer Inggris berkumpul di kota Bodo, wilayah yang berada di Lingkar Arktik dan dikelilingi laut serta pegunungan, untuk mengikuti latihan perang bersama sekutu Eropa. Latihan ini berlangsung lebih dari tiga tahun setelah pecahnya perang Rusia–Ukraina, sebagaimana dilaporkan Politico, Jumat (7/11).

Dalam latihan tersebut, para pemimpin negara-negara Nordik dan Baltik diminta mengambil keputusan strategis menghadapi skenario krisis di kawasan. Mereka menerima serangkaian laporan intelijen, pemberitaan media, dan unggahan media sosial tentang gejolak sipil pro-Rusia di negara tetangga, kemudian diminta menentukan langkah terbaik.

Baca juga: "Mamak yang Sabar, Doakan Ya Mak" Pesan Terakhir Naufal untuk Ibunda Sebelum Meninggal di Rusia

Baca juga: Titiek Soeharto Bangga, Prabowo Bersama Presiden China, Rusia, dan Korut: Sejajar Macan Dunia

Latihan ini bukan sekadar simulasi. Serangan misterius terhadap kabel bawah laut di Baltik, pelanggaran wilayah udara NATO oleh drone dan pesawat Rusia, hingga meningkatnya aktivitas kapal Negeri Beruang Merah di sekitar perairan Inggris menjadi bukti nyata rapuhnya stabilitas kawasan utara Eropa.

Sejak invasi Rusia ke Krimea pada 2014, Inggris memimpin pembentukan Joint Expeditionary Force (JEF) —aliansi pertahanan yang terdiri atas 10 negara Eropa dan berfokus pada keamanan kawasan utara. Namun, dengan ancaman Rusia yang terus berevolusi dan sikap Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump yang dinilai semakin menjauh dari keamanan Eropa, muncul pertanyaan: apakah JEF, aliansi yang dipimpin Inggris, siap menghadapi tantangan baru?

Dampak perubahan lanskap

Wilayah utara Eropa sejak lama menjadi zona pengaruh Rusia. Kini, Moskwa memperluas taktiknya di kawasan Arktik yang kian strategis. Mencairnya es membuka jalur laut baru yang sebelumnya mustahil dilalui, sekaligus memicu perebutan sumber daya antara Rusia, Amerika Serikat, dan China.

Menteri Pertahanan Inggris, John Healey, yang turut hadir dalam latihan di Bodo, mengatakan negara-negara di kawasan ini memahami risiko lebih baik daripada siapa pun. “Negara-negara ini hidup berdampingan dengan kekuatan militer Rusia setiap hari," ujar Healey kepada Politico saat penerbangan menuju Prancis. 

"Kami paling memahami risikonya dan paling siap merespons ancaman tersebut,” sambung Healey, menegaskan.

Menurut Healey, keunggulan JEF terletak pada kemampuannya bertindak cepat, tanpa harus menunggu konsensus panjang seperti yang kerap terjadi di NATO dengan 32 anggotanya. Aliansi ini juga dinilai lebih relevan menghadapi bentuk perang modern yang sering kali tidak melibatkan pertempuran langsung, atau dikenal sebagai serangan zona abu-abu.

Perang hibrida

Dari Hotel Wood di perbukitan Bodo, Mayor Jenderal Gjert Lage Dyndal dari Angkatan Darat Norwegia menjelaskan, aktivitas militer Rusia di Arktik bukan hal baru.

“Rusia hidup di Arktik. Ini lebih berkaitan dengan persaingan nuklir jangka panjang antara Amerika Serikat dan Rusia daripada ancaman langsung bagi Norwegia,” ujarnya.

Meski begitu, Dyndal menegaskan pentingnya respons kolektif menghadapi perang hibrida yang semakin berkembang di Eropa. Bentuk ancaman ini terlihat dari sabotase pipa gas Nord Stream pada 2022, peningkatan aktivitas drone, hingga gangguan jalur pelayaran di kawasan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved