Tribun Jateng Hari Ini
Sawah di Pesisir Batang Butuh Solusi Padi Toleran hingga Tanggul Permanen
Masalah sementara ini di Batang tidak hanya intrusi air laut, tetapi juga terjadi genangan yang airnya asin.
Penulis: dina indriani | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Di balik genangan rob yang merendam ratusan hektare sawah di pesisir Batang, tersimpan masalah lebih dalam, yakni tanah pertanian yang kehilangan kesuburannya akibat intrusi air laut.
Bagi para petani, dampaknya bukan sekadar gagal panen, tetapi hilangnya harapan di ladang yang selama ini menjadi sumber penghidupan.
Hal itu diungkapkan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan (Unikal), Ubad Badrudin. Menurut dia, intrusi air laut memengaruhi kesuburan tanah dan produktivitas padi karena mengandung garam yang tinggi, di antaranya adalah NaCl.
Ia berujar, garam itu menyebabkan meningkatkan tekanan osmotik dan potensial osmotik menjadi rendah, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung proses metabolisme tanaman menjadi terbatas.
Kemudian, dia menambahkan, nilai elektric conductivity (EC) atau daya hantar listrik tanah menjadi tinggi. PH tanah tinggi dan garam yang jumlahnya berlebihan itu mengakibatkan racun bagi tanaman.
"Kondisi PH yang tinggi menyebabkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terhambat. Dengan demikian, kesuburan tanahnya rendah, dan berdampak pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi,” jelasnya.
Ubad menuturkan, masalah sementara ini di Batang tidak hanya intrusi air laut, tetapi juga terjadi genangan yang airnya asin. "Keduanya menimbulkan permasalahan dalam budidaya tanaman," ujarnya.
Secara normatif, dia menambahkan, dengan adanya intrusi air laut dan menggenang, hal itu berpengaruh terhadap produksi tanaman.
"Langkah yang perlu dilakukan pengelolaan air dengan mengatur dan memperbaiki sistem irigasi dan drainase secara optimal, membangun tanggul yang permanen dan penerapan teknologi budidaya tanaman yang terintegrasi sesuai potensi wilayah,"pungkasnya
Dalam 5 tahun terakhir, Batang kehilangan ratusan hektare sawah produktif. Dari yang sebelumnya menghasilkan ribuan ton gabah setiap musim, kini banyak lahan tak lagi bisa ditanami. Dampaknya bukan hanya bagi petani, tetapi juga bagi ketahanan pangan daerah dan nasional.
Pertanyaan besar pun muncul. Jika rob berhasil dikendalikan, mungkinkah lahan kembali subur? Ubad mengatakan, pemulihan tanah membutuhkan waktu panjang.
"Selama intrusi air laut masih masuk, dampak negatif tetap ada. Sehingga, harus ada inovasi teknologi yang holistik dan komprehensif,” ujar Ubad.
Ia menyebut, satu jalan adalah pencucian tanah dengan air tawar, ditambah penggunaan varietas padi toleran salinitas. (Dina Indriani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.