Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

Menteri KKP Janji Hentikan Impor Garam pada 2027, Petani di Demak Sambut Gembira

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono berjanji akan menghentikan impor garam pada tahun 2027. 

Penulis: faisal affan | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Faisal Affan
GARAM LOKAL - Petani garam di Kabupaten Demak nampak sedang mengolah air laut menjadi garam di Desa Babalan, Kecamatan Wedung. (TRIBUN JATENG/FAIZAL AFFAN) 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono berjanji akan menghentikan impor garam pada tahun 2027. 


Komitmen tersebut disampaikan dalam kunjungannya ke Semarang, Senin (13/10/2025).

Trenggono menyebut, selama lima tahun terakhir Indonesia masih mengimpor garam dari Australia. Pada 2023, total impor garam mencapai 2,8 juta ton. 


Impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri karena garam lokal belum mampu memenuhi standar kadar NaCl (Natrium Klorida) minimal 97 persen.

“Saya sudah berjanji dengan Pak Prabowo, tahun 2027 stop impor garam. Kita ingin Indonesia punya kemandirian untuk mengelola komoditas garam,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kebutuhan garam nasional saat ini mencapai 5 juta ton per tahun.

Menurutnya, potensi tersebut bisa menjadi peluang bagi industri garam lokal untuk menguasai pasar domestik.

“Kebutuhan garam kita tak kurang dari 5 juta ton. Saya rasa kita mampu untuk kemandirian garam, daripada terus impor,” tegasnya.

Sementara itu, petani garam asal Desa Babalan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Masruri, menyambut baik rencana pemerintah tersebut. 


Ia menilai, kebijakan penghentian impor dapat membantu menstabilkan harga garam petani yang sering anjlok ketika stok melimpah.

“Alhamdulillah kalau memang akan stop impor garam, karena harga garam bisa anjlok kalau stoknya banyak, apalagi kalau ada impor,” katanya, Selasa (14/10/2025).

Masruri juga mengungkapkan bahwa praktik distribusi garam impor kerap tidak sesuai peruntukannya.

Meski ditujukan untuk kebutuhan industri, sebagian garam impor diduga beredar untuk konsumsi rumah tangga.

“Tidak semua yang diimpor masuk industri. Ada yang dijadikan garam dapur, itu sangat merugikan kami sebagai petani. Seperti pemerintah membunuh rakyatnya sendiri,” jelasnya.

Ia mengakui, kualitas garam lokal masih terkendala kadar NaCl yang rendah karena keterbatasan alat pencucian dan pemurnian.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved